Kamis, 29 Desember 2011

miracle

Miracle
By: super junior
Life couldn`t get better
Life couldn`t get better
       Jigumkaji no obdon shiganun Odumiojyo (with out you baby)
        Norul mannan hu naui senghwarun Kumman gathayo (baby)
  Norul chum bon sungan (chom bon sungan)
   A miracle (a miracle)
   Nan nukkyojyo gijogun Baro noragol
Chorus:
Life couldn`t get better (hey~) 
Nan nol pume ango nara
Purun darul hyanghe nara (ho~) 
Jamdun noui ib machul koya
Life couldn`t get better (hey~) 
Noui mame munul yoro jwo
Gude ne sonul jabayo
Life couldn`t get better

Meil meil pyongbomhetton nal duri Ijen dalla jyossoyo (a holiday)
Sesang modun saramduri Hengboghe boyoyo (I wanna thank you baby)
                    Norul chum bon sungan (chom bon sungan)
A miracle (a miracle)
 Nan nukkyojyo gijogun Baro noragol

Life couldn`t get better (hey~) 
Nan nol pume ango nara
Purun darul hyanghe nara (ho~) 
Jamdun noui ib machul koya
Life couldn`t get better (hey~) 
Noui mame munul yoro jwo
Gude ne sonul jabayo
Life couldn`t get better
(Life couldn`t get better)

Nol choum bon sungan a miracle (a miracle)
I love you baby and I`m never gonna stop

Life couldn`t get better (hey~)
Nan nol pume ango nara
Purun darul hyanghe nara (ho~) 
Jamdun noui ib machul koya
Life couldn`t get better (hey~)
Noui mame munul yoro jwo
Gude ne sonul jabayo
Life couldn`t get better

Life couldn`t get better (hey~) 
Nan nol pume ango nara
Purun darul hyanghe nara (ho~) 
Jamdun noui ib machul koya
Life couldn`t get better (hey~) 
Noui mame munul yoro jwo
Gude ne sonul jabayo
Life couldn`t get better
Life couldn`t get better, Life couldn`t get better

Balerina Cantikku


Balerina cantikku

          Alunan musik   klasik  yang merdu mengalun indah mengiringgi balerina yang sedang menari indah, dan saat gerakan terakhir, musik berhenti. Tepuk tangan dua orang yang sedari tadi melihatnya. “ bagus Vin, penampilan kamu semakin bagus saja” kata bu Ratih pelatih balet Vindy. “iya Vin, kamu hebat, aku seperti melihat malaikat menari” tambah Daniel pacar Vindy. “makasih bu, dan Daniel kamu lebai!!” kata Vindy. “ lho Vin aku serius, sungguh aku tadi terhipnotis dengan tarianmu” kata Daniel. “waktunya pulang ayo pulang” sahut bu Ratih sebelum Vindi menjawab, bu Ratih memeng sering melakukan itu karena bila dibiarkan mereka akan terus mengejek satu sama lain.

Vindi memang kursus balet empat kali seminggu, diantaranya Ia les privat dgn guru pribadi seperti sekarang. Vindi memang dikenal dgn tarian baletnya berbagai tropy dan medali menghiasi ruang – ruang di rumahnya. Sedangkan Daniel pemain basket yang hebat, ia juga seorang gitaris yang mahir mencipta lagu. Mereka sering dipanggil putri dan pangeran sekolah karena selain mereka membanggakan mereka juga diakui jenius.

Tiap minggu Daniel setia menemani Vindi latihan dan sebaliknya. Dengan mobil sport merah milik Daniel mereka melesat meninggalkan bu Ratih yang di jemput oleh pak Putra guru olahraga sekaligus suami bu Ratih.

“Vin kita jalan dulu yuk! Udah lama nich gak ke café choco lover” ajak Daniel tiba – tiba. “boleh juga tuch, sekalian ya nanti kita ke mall bentar aja” jawab Vindi. “iya, tapi kamu pamitan dulu aja. Telpon atau sms tante widya” katanya mengingatkan. “ni baru aja aku sms, kamu ada lomba band kan minggu depan?” kataVindi sambil mengutak atik ponsel pinknya. ”bukan lomba besar, hanya lomba yang diadakan sekolah daerah sini aja” jawabnya santai. “tetep aja itu lomda, kalau menang bangga, kalau kalah malu” jawabnya agak ketus. “aku tahu, sebulan lagi kamu juga ada lomba antar sekolah kan?” katanya. “iya, eh udah deket ya?” tanyanya. “udah sampai kale” kata Daniel dengan nada mengejek.

Setelah turun dari mobil Vindi berlari kecil menyapa seseorang yang di kenalnya. “mbak Laila, apa kabar?” sapanya pada pemilik café itu. “eh.. Vindi sudah lama gak mampir ke sini, mbak baik” jawab Laila ramah. “maen tinggal aja, aku kira kamu hilang.. eh malah ngobrol di sini” kata Daniel sewot karena di tinggal. Vindi segera minta maaf karena Daniel yang suka ngambek kayak anak kecil, sedangkan mbak Laila hanya tersenyum geli melihat mereka. Tak lama kemudian mereka baikan lalu duduk di tempat kesukaan mereka dan melihat menu.

“eh liat deh.. ada menu baru chocolate love, apa`an ni mbak kok kayak lagu korea?” celetuk Vindi. “namanya emang terinspirasi dari lagu itu tapi chocolate love ini coklat berlapis dengan rasa yg beda. Maksudnya tuch cintakan rasanya beda-beda, bkin seneng, sedih, dalau dll. Lapisan terbawah Belgian, trus coklat rasa sroberi, coklat putih, coklat keju, dan es krim” jawab mbak Laila. “wiiihhh kayaknya enak tu mbak pesen 2 dong.. hehe” kata Daniel semangat. “trus apa lagi?” kata mbak Laila sambil menulis pesanan. “hot chocolate.. lho.. eh.. hahaha..” kata mereka bersama-sama. “wihh kompak banget sich?” sindir mbak Laila. “iya dong mbak” jawab Vindi. “oke..oke 2 chocolate love & 2 hot chocolate, ada lagi?” kata mbak Laila memastikan. “ga ada mbak ini aja cukup” jawab Daniel santai. “oke tunggu sebentar yaa!” kata mbak Laila dengan nada ramah.

Sementara mbak Laila pergi Vindi dan Daniel ngbrol ditemani suara piano yang merdu oleh kak Divo, serta lantunan lagu dari kak Karina pagawai café yang juga dekat dengan mereka. Café choco memang merupakan café andalan mereka, bahkan café ini awal perkenalan resmi mereka, melewatkan waktu disini merupakan kebiasaan mereka. Tak lama menunggu pesanan datang, tanpa tunggu waktu lagi mereka melahap makanan mereka. Tiba-tiba ponsel Daniel bordering, awalnya dibiarkan oleh Daniel namun akhirnya Vindi memaksa Daniel mengangkatnya dan Daniel menurut.

 “huff.. ini Niko, pasti hal yang ga jelas lagi” umpatnya. “sudahlah Dan angkat saja dulu” rayu Vindi lagi agar mau mengangkat telponnya. “baik-baik. Halo ada apa?” katanya mulai bicara. “lama buangetss si bro capek ni!” keluh Niko nan jauh di sana (?). “Gue lagi makan, kalau ga ada yang penting ga usah ganggu dech” jawab Daniel ketus karna acara makannya di ganggu. “eits…. Jangan dulu boss, penting ni. Kata panitia lomba band kali ini menggunakan system gugur, katanya sich biar seru & agak lama`an dikit, dan kita ga bakal ketemu sama Scorpio Boys di grub A. mereka di B. kalau band lainya bisa loe lihat di e-mail loe, udah gue kirim.” Jelasnya panjaaaaaang melebihi panjang kereta padahal Daniel males-malesan dengernya.

 “udah?”ketus Daniel. “udah si broo, tapi….”omongan Niko terputus saat Daniel mengakhiri telpon lalu mematikan ponselnya dan memasukkannya dalam saku. “ayo lanjutkan makannya, gak ada kabar penting sama sekali” kata Danel.

“jangan muram gitu dong! Senyum dikit please” bujuk Vindi. Akhirnya senyum tipis muncul di wajah Daniel. Tak butuh waktu lama bagi mereka menghabiskan makanan mereka. Seusai makan mereka bergegas pergi ke kasir membayar makanan mereka lalu melesat keluar dan menuju parkiran.

Daniel membukakan pintu untuk Vindi, dan sekejap ia berlari  untuk masuk ke tempatnya. “gimana Vin jadi ya ke mall, sekalian ni pengen beli sepatu” kata Daniel kembali ke moodnya. “iya ntar aku bantu milih, aku juga pengen beli boneka  & gaun atau baju balet baru” kata Vindi.

Kamis, 17 November 2011

With You Always part 2
       Esok paginya..
Luna terbangun karna merasa tubuhnya diguncang – guncang, saat Ia membuka matanya kak Kiki sedang berbicara agak keras “Luna bangun Lun, uda pagi nih..!! cepet mandi hari ini kan hari pertama pendaftaran!!” lalu Luna menjawab “iih kakak aku da tau hari ini pendaftaran, tapi aku males soalnya Rendi ga ikut” jawabnya lesu “kenapa? Oh ya, aku blom dapat PJ lho!!” tanya kak Kiki, Luna hanya diam lalu “kak Rendi akan nerusin sekolah di Jakara ikut kak Imel..” “kakak da tauu!” sela kak Kiki, “Imel cerita kalau bakal kuliah di Jakarta demi beasiswa dan pekerjaan.. tapi kamu harus semangat & percaya sama Rendi, dan cepetan mandi !!!” lanjutnya dengan ekspresi yang berbeda – beda.
Luna POV
Aku berjalan lemas ke kamar mandi, dan juga mempercepat mandiku karna aku hamper terlambat. Setelah mandi dan ganti baju aku segera menyiapkan barang bawaanku. Ku lihat ponselku berbunyi, itu telfon Rendi dan segera ku angkat.
“halo.. da apa atha” (atha : panggilannya Rendi dari namanya Rendi Agatha putra)
“loha, ara ingat jangan beritahu mereka kepergianku sampai nanti malam” (ara : panggilannya Luna dari namanya Laluna Clara Putri )
“iya aku ingat, telfon aku yah.. aku akan mengantar kepergianmu”
“aku tahu, sudah siap untuk pendaftaran bukan?”
“udah kok, tinggal menunggu mereka” lalu terdengar “Lun cepetan temenmu udah nungguin”
“ nah tuh da dateng, have a nice day ya ara”
“sulit tanpamu.. atha.. Udah yah bye..”
“bye”
Aku menutup telfon lalu berlari kecil menuruni tangga, dan kulihat teman – teman menungu di balik pintu. Aku berpamitan pada kak Kiki, dan segera berangkat.
Normal POV
Karena jarak sekolah tidak jauh mereka berangkat dengan sepeda, lalu Farel bertannya “Lun, Rendi mana???” “iya, kok ga` ikut??” tambah Sandra.
“Rendi, dia emmmm….. dia ada urusan ga bisa ikut kita hari ini” jelas Luna “oooooohh…….” Jawab keduannya kompak.
Setelah 15 menit mereka sampai di sekolah yang besar dan ramai, sesegera mungkin mereka mrndaftarkan diri. Setelah menuggu panggilan untuk tes, mereka pulang dan tinggal menunggu telfon. Sore harinya luna menggirim sms ke sahabatnya “guys nanti malem jam 19.00 kita bertemu di dermaga ada urusan penting, PENTING!!!!!”
Satelah menggirim sms itu Luna mematikan ponselnya dan pergi ke pusat kota. Setelah 2 jam pergi, Luna kembali dengan membawa tas kecil. Karna sudah jam 17.00 ia bergegas mandi dan bersiap – siap. Setelah selesai dgn urusannya jam menunjukkan pukul 18.30. lalu Ia menghidupkan ponselnya dgn 10 sms pertanyaan dari 2 tmnnya yg hanya diabaikan, Ia berniat berangkat lebih awal. Luna berpamitan pada kedua orang tuannya yg baru saja pulang.
Saat Luna sampai kapal yg akan di naiki Rendipun belum tiba. 5 menit berlalu sampai ia mendengar namanya di panggil. “Rendi” ucapnya lirih. “sudah lama? Mana yg lain?” tanyanya “tidak… belun” jawab Luna. “ooo…” tanggap Rendi dgn memaksakan senyum.
“emmm….Ren, ini untukmu bukalah saat sudah sampai” ucap Luna sambil memberikan tas yg dibawanya. “Rendi Luna” teriak Sandra & Farel “jadi kalian memang dgn memaksakan senyum.
“emmm….Ren, ini untukmu bukalah saat sudah sampai” ucap Luna sambil memberikan tas yg dibawanya. “Rendi Luna” teriak sahabatnya “jadi kalian memanggil kami karena ingin member tahu kalian jadian?” tanbah Farel, “tapi mengapa tasmu besar sekali Ren?” Tanya Sandra heran. Luna hanya diam.
“emmm…begini (Rendi menjelaskan tentang kepergiannya)” jelasnya, kedua temanya hanya diam, kemudian Farel menganbil gantungan ponselnya yg terbuat dari emas putih dgn lambang huruf “BF” (best friend) dan memberinya pada Rendi, “nih buat kenang- kenangan” katanya. Zara pun mengambil buku dgn judul “forever” dari tasnya, Sandra mengambil flashdisk dan berkata “didalamnya ada video, foto, lagu yg kita ciptakan bersama dan semua tentang kita, aku sudah punya copynya di rumah”, dan Neza memberikan bola basketnya pada Rendi. Rendi tersenyum “terima kasih, kalian luar biasa” lalu terdengar “fuuu..fuuu”. “Ren, itu kapal kita” kata kak Imel sambil berlari ke arah Rendi. Rendi memeluk 4 sahabatnya dan terakhir ai memeluk Luna, lalu segera menaiki kapal yg telah menunggu.
Terlihat Rendi melambaikan tangannya, lalu semakin jauh dan menghilang. Hanya Luna yang masih berdiri di situ, memandang luas laut hingga matahari terbenam. Luna pulang dengan pikiran galau, ia tak tahu apa yang akan terjadi tanpa Rendi.
Hari libur seminggu buat Luna sangat berat, ia coba menyibukkan harinya dengan membuat lagu – lagu sedih tentang ia dan Rendi, berkumpul dgn sahabatnya dan bermain basket. Luna juga selalu menceritakan hal yang terjadi padanya kepada Rendi seperti diary dan sebaliknya.
Waktu masuk sekolah
Tahun ini mos gabung dengan kegiatan pembelajaran atau materi. Luna memasuki kelas X A, sedangkan Sandra dan Farel X B. jam pertama dimulai dengan perkenalan yang menyangkut hal terkecil sekalipun tanpa terkecuali. Luna mendapati 3 orang yang hoby basket yaitu Alvin, Rakka dan Lia. 2 orang yang hoby menyanyi Alvin dan Citra, dan Luna merasa mereka akan teman baiknya.
Skip bel istirahat
“ hai namamu Luna kan?? Aku Alvin dan ini Rakka” Tanya Alvin pada Luna yang sedang ngobrol dengan Lia dan Citra (ganggu orang ngobrol aja lu Vin, Takk.. dilempar kursi). “ah.. iya hai juga Alvin, Rakka” merekapun asyik ngobrol sampai bel masuk. Dan waktu istirahat kedua mereka berlima, Sandra, Farel dan teman baru mereka ngumpul di kantin. Hari – hari dilewati mereka semakin akrap terutama Alvin dan Luna, karena memang diam – diam Alvin menaruh hati pada Luna. Alvin memang tidak tahu mengenai Rendi, dan Luna tidak tahu menganai peradaan Alvin.
Begitu banyak hal yang dilalui Luna dan Rendi tidak membuat Ia melupakan Rendi, dalam hatinya tetep hanya Rendi. Berulang kali Alvin memberi tahu perasaannya namun hanya di angap angin lalu. Hingga pada akhirnya sitelah dua tahun mencoba dan tiga kali ditolak dengan senyuman polos dari Luna membuat Alvin curiga. Sandra dan Farel merasa kasihan dan menceritakan semua tentang Rendi kepada Alvin. Alvinpun mengerti, saat hal aneh terjadi pada Rendi.
Senin, 4 juni 2012. Pukul 00.03
Dear diary
Hari ini tepat satu bulan aku hilang kontak sama sekali dengan Rendi, hari ini juga tepat dua tahun Rendi pergi. Mungkinkah Rendi telah berpaling?? Atau sesuatu yang buruk terjadi?! Semoga esok aku bisa kembali kontak dengannya.
Kemarin Luna mendengar hari ini akan ada murid pindahan dari sekolah musik di Jakarta. Luna berharap itu teman Rendi karena sampai saat ini Luna tak dapat menghubunggi kekasihnya itu, dan terus merasa curiga. Luna beruntung anak itu berasal dari sekolah yang sama dengan Rendi. Pagi ini Ia berjalan pelan namun pasti ke kelasnya, ia berharap akan mendapat jawaban.
Bel berbunyi dan kelas dimulai sesaat setelah ia sampai, tak dilihatnya sosok yang berbeda, dan kegelisahannya dirasakan oleh Alvin. “ada apa Lun? Apa sesuatu yang gawat terjadi?” Tanya Alvin. “ahh.. tidak Vin, aku baik” jawabnya asal. “kulihat tidak begitu kau sangat gelisah” katanya lagi. “aku baik Vin sungguh” jawabnya agak keras membuat Alvin mengerti Luna tidak mau diganggu.
“pagi anak – anak maaf saya terlambat, kalian kedatangan teman baru” kata pak santoso sambil memegang pundak seorang anak laki – laki dengan pakaian rapi, berambut hitam. Terlihat sangat modis, namun misterius dengan topi menutupi matanya. Beberapa teman cewekku histeris akan kedatangannya. Luna merasa aneh, ia merasa mengenal anak itu, namun pikiran itu ditepisnya.
“nah silahkan perkenalkan dirimu” kata pak santoso. “iya pak” jawabnya. Sesaat Luna tersentak, ia yakin dengan suara itu. Matanya tidak berkedip mencoba mengamati sosok di balik topi itu.
“namaku Rendi Agatha Putra” katanya polos.
“di..i..aa..Re..e..n..di..” bisik Luna terbata – bata. Alvin yang duduk bersebrangan dengan Luna mendengar kata itu, segera ia mengamati sosok Rendi.
“dulu aku tinggal di daerah sini, lalu pindah ke Jakarta dan kemudian sekarang aku kembali. Aku tinggal di jln. Pertiwi 3, blok E, desa cemara dekat pelabuhan. Aku suka bermain music, aku bisa memainkan piano, gitar dan biola. Aku rasa cukup, terimah kasih” jelasnya panjang lebar.
“baik, Rendi kau bisa duduk di sebrang Luna, Luna angkat tanganmu” kata pak santoso. Luna yang sedari tadi memandang Rendi kemudian berkata “tak perlu pak, saya ragu Rendi lupa dengan saya” katanya. Pak santoso hanya mengangguk tanda mengerti. Rendi berjalan ke arah Luna yang memandangnya marah lalu berkata “maaf ara, akan kuceritakan semuannya nanti” lalu duduk.
Skip istrahat
Rendi menarik lengan luna lembut mengajaknya ke taman belakang, di sana ia menceritakan semuanya mulai dari kemana saja ia sebulan terakhir, mengapa ia kembali lebih cepat, dan semuanya.
Luna akhirnya mengerti dan ia kembali menjadi gadis manis seperti sebulan yang lalu. Namun tanpa di sadari Alvin sedari tadi menguping pembicaraan mereka, dan saat bel masuk berbunyi ia berlari dgn raut muka kecewa meninggalkan mereka.
bakal lanjut kok sabar ya....

Minggu, 02 Oktober 2011

With You Always

”Luna” panggil seseorang dari kejauhan. “hufh..hufh..capek aku, kamu cepet banget jalannya” gerutu Neza. “…”Luna hanya diam. “lho Lun kamu kenapa? Sakit?” tanyanya lagi. “nggak Za, aku Cuma gak nyangka besok kita sudah bukan anak SMP lagi”Jawabnya lemas “dan mungkin semua akan lupa dengan "Bukit Sahabat’’ tambahnya. “ gak mungkin lah” kata, Rendi dan farel yg baru datang, “betul itu” tambah Zara dan Sandra yg juga baru batang.”kamu ini mikirin yg gak-gak aja, kita ini kan sudah sehati” kata Rendi sanbil memandang Luna yang sedari tadi tertunduk. “ehemm.. yg sehati itu kita atau kalian berdua sich??” Tanya Neza dengan nada menggoda. Luna dan Rendi hanya tersenyum memerah. “Tapi guys aku mau bilang sesuatu, aku ma Zara bakal sekolah di Surabaya ikut nenek” kata Neza memecah keheningan“well kita masih tetep sahabat, kita janji akan balik lagi” lanjut Zara. “Ok ga da salahnya, kita kan masih bisa tetep kontak lewat HP atau e-mail” kata farel & Sandra bergantian. “ lha trus kalian berdua?” Tanya Luna. “Art school the star pastinya!! Tujuan awal kita Lun” jawab farel & Sandra. Tanpa ada yg tahu Rendi hanya tertunduk tak menjawab, lalu saat sinar terang menyilaukan matanya Ia bangkit dan berkata lirih “Sunset...” “iya, indah sekali ya..!” respon Luna. Rendi cukup terkejut Luna mendengar perkataannya yg sangat pelan, sontak Ia memandang Luna yg terpaku melihat matahari terbenam dengan mata yang berkaca- kaca. Tanpa Ia sadari Rendi berkata “Aku berjanji..!! 3 tahun lagi di tanggal yg sama kita akan berkumpul di sini, seperti saat ini !!!”. kata –katanya membuat semua sahabatnya terharu dan hampir menangis. “Fuuu..fuuu” suara kapal dari dermaga di bawah bukit sahabat menyadarkan mereka dari lamunan sedih. “Rendi benar.. aku juga berjanji kita akan bertemu lagi disini” kata Luna memecah keheningan. “aku juga! Pastinya! aku janji! aku juga ikut!” kata sahabatnya mengikuti. “Waktunya pulang, bye Ren, Lun” kata Neza, Zara, farel, dan Sandra yang sengaja meninggalkan Luna dan Rendi. Yang ditinggalkan hanya melambaikan tangan. “emm…Lun, nanti malam kamu mau nggak jalan sama aku?” kata Rendi. “Oh..boleh, tapi tumben amat?!” tanggap Luna. “udah ntar ku kasih tahu, ku jemput jam 7 yach!” tambah Rendi . “Ok, sekarang ayo pulang” jawab Luna. “iya, ayo” tanggap Rendi dengan nada penuh keriangan.
Pukul 19.00
From: Rendi
“Luna aku dah di depan, cepet turun” sms di HP Luna.
“Ma, pa aku mau jalan- jalan dulu yaa..” pinta Luna. “ iya boleh, jangan pulang larut Lun” jawab papa Luna “ kamu sama siapa?”tambah mama luna. “ ya pasti sama Rendi la ma” potong kak Kiki. “oh ya, Kiki mama dan papa mau pergi ke rumah tantemu. Pulangnya larut malam jadi kamu jaga rumah ya” . “ ok dech ma” jawab kak Kiki. Luna segera turun menemui Rendi yang menunggunya. Setelah membuka pintu Luna heran melihat Rendi yg bepakaian super keren. Namun Rendi langsung menarik tangan Luna dan membawanya naik ke motornya dan tancap gas. Di tengah perjalanan Luna bertanya “kita ke bukit?” “tidak” jawabnya cepat “ke dermaga” tanyanya lagi “bukan, nanti juga tahu” jawab Rendi. Luna hanya diam melihat indah laut dermaga hingga motor Rendi berhenti di bukit kecil di belakang dermaga. Luna mengamati bukit kecil yg tidak lebih tinggi dari bukit sahabat namun lebih rimbun dan gelap. Luna yg takut gelap hanya menelan ludah lalu berkata “ini menyeramkan Ren”. “Tenang saja, aku akan selalu di sampingmu” kata Rendi menenangkan. Luna berjalan dengan kaki gemetar dan hati yang was- was, sementara Rendi yang melihat Luna ketakutan hanya tersenyum. Cukup lama mereka berjalan dalam keheningan sampai Luna tak sanggup membendung rasa takutnya dan membentak Rendi “Ren, mengapa mengajakku ke tempat seperti ini!! Kau kan tahu aku takut gelap!!!” kata luna. Rendi sontak berhenti sejenak dan berkata “Aku takkan mengajakmu kemari bila hanya untuk membuatmu takut, aku yakin kau takkan menyesal datang kemari” jelasnya seraya mengandeng tangan Luna. Akhirnya Luna mencoba untuk terus berjalan dan percaya pada Rendi. Tak lama setelah itu Rendi berbisik “kita telah sampai”. Menderngarnya Luna merasa lega, namun ragu karna yang dilihatnya hanya semak – semak tinggi dan samar – samar mendengar suara air. Rendi memandang Luna Sejenak lalu berkata “tutup matamu sebentar”, “memangnya kenapa” jawab Luna yg sembuh dari rasa takutnya. “sudah, lakukan saja!” kata Rendi. Lunapun memejamkan matanya Rendi menuntunya melewati semak –semak tinggi dan berhenti. “buka matamu” pinta Rendi, Luna yg agak ragupun membuka matanya perlahan “ hahh…” kata Luna yg takjup melihat apa yg dilihatnya. Ia melihat aliran sungai yg membentuk danau kecil jernih dengan ikan –ikan kecil didalamnya, sebuah pohon rindang di sebelah kiri danau yg indah dan terlihat nyaman, pantulan sinar rembulan yg terlihat indah, puluhan bahkan ratusan kunang – kunang berterbangan di atas danau & saat itu tiba – tiba lampu yg tak kusadari adanya menyala indah dan membentuk tulisan Just for you. Aku memandang Rendi dan berkata “Ren ini indah sekali”, Rendi tersenyum dan berkata “ini bukan apa –apa, ayo ikut aku ke bawah pohon rindang itu”. Rendi mengambil sesuatu dari balik pohon yg ternyata adalah gitar kesayangannya, lalu mengikutiku yg sudah duduk duluan di bawah pohon. Ia hanya memainkan instrument dengan nada pelan. Lalu berkata “Lun, aku mengajakmu kemari bukan tanpa alasan” katanya, “iya, aku tahu ini pasti penting” jawab Luna sambil memendang para kunang – kunang. “tapi, apa itu” lanjutnya, “kau bisa memilih no. 1 /2?” Tanya Rendi. “emm…aku pilih no…. 1”kata luna ceria berharap pilihannya benar. “no. 1 ya, baiklah dengarkan aku dengan sungguh – sungguh” lalu “Lun aku..sebenarnya… Laluna Clara Putri AKU MENYUKAIMU !!!” kata Rendi meyakinkan, tiba – tiba lampu bertuliskan just for you berganti menjadi I love you. Luna cukup kaget dan diam sejenak lalu raut muka kagetnya berubah menjadi senang dengan senyum indah lalu berkata “terimah kasih Ren, aku juga menyukaimu” katanya, Rendi memindahkan gitarnya lalu memeluk Luna dan berkata “benarkah” Luna hanya mengangguk. Rendi melepas pelukannya dan berkata “Ini belum selesai. Berita ke2, aku tidak melanjutkan sekolah di Art School the Star, tapi aku akan sekolah di Art School Melody di Jakarta karna Kakak dapat beasiswa perguruan tinggi di sana” jelas Rendi “setelah membuatku tertawa apa kau mau membuatku menanggis?” komentar luna “aku tak bisa menolak kalau tetap di sini kakak tak akan mampu membayar sewa. Tapi tentu aku akan kembali, aku kembali 3 thn lagi aku berjanji” kata Rendi cemas dengan jawaban Luna tadi, “ tentu saja aku bisa mengerti, tapi bisakah aku percaya janjimu? “ katanya tenang “ syukurlah, aku tahu kau akan mengerti, dan tentang janjiku tak perlu kau ragukan aku kan tetap jadi milikmu sampai kapanpun” jawab Rendi penuh semangat. “baiklah aku juga punya janji yg sama, btw kapan kau berangkat?” kata Luna, “lusa malam pukul 19.00 dengan naik kapal, aku harap kau memberitahu yang lain tentang kepergianku sepulang pendaftaran di Art School the Star” pinta Rendi “ok” jawab Luna. Mereka melewati malam dengan mengobrol dan melihat pemandangan sekitar yg indah. Cukup lama sampai Luna dapat merasakan dingin malam, Rendi yg menyadari itu langsung memakaikan jaketnya ke Luna lalu melihat jam tangannya, “pantas saja sudah jam 20.30, ayo pulang!” Luna hanya megangguk. Rendi mengantar Luna pulang hingga di depan pintu, lalu Rendi mengetuk pintu “tok..tok..tok..”. tak lama kemudian pintu dibuka lalu kak Kiki berkata “kalian sudah pulang.. mampirlah dulu Ren” katanya, “tidak kak ini sudah malam, sekalian pamit pulang ya kak” jawab Rendi. Kak Kiki tersenyum dan berkata “ok” kemudian Rendi menuju sepeda motornya dan pergi. Luna dan kak Kiki pun masuk ke rumah. “papa dan mama belum pulang?” Tanya Luna sambil menaiki tangga, “belum, seperti biasa” jawab kak Kiki santai sambil nonton TV, “aku tidur duluan ya kak..” kata Luna malas, “ya udah sana” jawab kak Kiki.

nyanbung abiezz UTS yach...

Leo

sang raja langit
Tugas pertama dari Dewi Hera kepada Herkules adalah membunuh singa bernama Nemea. Nemea adalah singa yang kulitnya tidak dapat di tembus oleh besi, perunggu, dan kayu. Oleh karena itu Herkules mengandalkan kekuatannya. Pada akhirnya Herkuleslah yang menang, Dewi Hera mengirim jiwa sang singa jauh ke atas langit untuk mengenang pertarungan hebat mereka.
Rasi ini mudah dikenali. Terletak pada asensiorekta 11h dan deklinasi 150, dan tampak jelas dilihat pada bulan April di langit belahan bumi utara. Untuk menemukan Rasi Leo, akan lebih mudah menemukan Rasi Ursa Mayor/ Bintang Tujuh/ Gayung/ Biduk lalu ikuti bentuk gayung tersebut mulai dari pegangan sampai bagian bawah gayung. Kita akan menemukan bintang terang Regulus. Kemudian kita akan melihat tanda tanya terbalik yang ada di sebelah atasnya, itu adalah kepala singa Nemea. Kita akan melihat Rasi Leo seutuhnya.
JULUKAN
Persia : ser
Turki : artan
Syria : aryo
Yahudi :arye
Babylonia :aru
Berbagai macam julukan dan nama namun hanya satu maknanya yaitu SINGA NEMEA