Hari demi hari dilewati dengan bahagia baik Rendi atau Luna,
dimanapun jua hanya ada canda tawa, terkadang pendonor misterius pun terlupa
sesaat. Meski sempat Luna ingin menghentikan pencarian. Tapi Rendi begitu
bertekat bulat. Yang benar-benar terlupa tentu Alvin, tanpa kabar jauh pula
batin Luna.
Ujian yang telah berlalu membanggakan mereka, dapat se-kampus pun
sudah di depan mata. Begitu bahagia mereka dengan masa depan yang cerah ini.
Cita-cita untuk menjadi penyanyipun sudah bulat difikir.
Pagi itu..
Telefon Luna membangunkannya, ia menguap perlahan sambil menjawab
pangilan dari Rendi. “pagi Atha..” sapanya setengah tertidur. “hehe, sory
bangunin pagi gini, Cuma.. ini tangalnya 3 tahun yang kita janjikan di bukit
sahabat. Inget kan??” kata Rendi semangat. Sontak Luna melihat kalender
besarnya, tanda bulat dengan tulisan biru mengagetkannya. “astaga, apa yang
akan kita lakukan?” tanyanya. “aku berencana menghias tempat itu, gimana jam
8?” ucap Rendi. “iya jam 8, bye Atha” salam Luna. “bye Ara” dan sambungan
telefon ditutup.
Luna segera bersiap-siap, jam 7.45 ia selesai sarapan dan mengambil
tas jinjing abu-abunya. Ia membersikan isinya dan menemukan surat. Surat yang
diberikan si pendonor misterius dulu. Ia membacanya lagi dan menemukan jawaban
kecil. “hey Ara, aku Rendi” suara Rendi dibalik pintu. Luna membuka pintu
kamarnya.
“Atha, aku ini bodoh ya..? bari detik ini aku tahu kalau singkatan
nama PEN di surat ini, namanya Tasya” katanya sambil menunjukkan surat itu.
“lho gimana bisa?” Tanya Rendi. “Dibalik Atha NEP jadi PEN” jelas Luna. Rendi
sedikit terkejut “si pendonor berarti AVN. Siapa?” tanyanya. “entahlah aku
belum nmenebak” ucap Luna. “sudahlah Lun persahabatan kita harus didahulukan di
banding aku. Ayo ke bukit sahabat” ajaknya.
Di bukit sahabat, 8.30
“hmm.. syukurlah bukit ini persis dengan yang dulu. Tak ada yang
berubah..” gumam Luna. “tak ada ?!” koreksi Rendi. “ya, memang semak belukar
dan rumput liar sedikit mengganggu. Tapi bukankah untuk itu kita disini, membersikan
dan menghias tempat ini” jawab Luna. Tak terasa berjam-jam berlalu hingga
tempat itu kembali bersih.
“huft… sudah cukup setengah 12 waktunya istirahat makan” ajak Rendi.
“iya kebetulan aku bawah sandwicth, ayo makan!” kata Luna bersemangat. “setelah
ini kita tinggal menghias tempat ini” kata Rendi sambil mengambil jatah
sandwicthnya. “iya semuanya sudah siap kan Atha?” Tanya Luna. “tenang saja tak
rugi deh punya pacar Rendi Agatha Putra” kata Rendi PD.
“eh.. udah jam 12.15 ni, yuk pasang hiasanya” kata Rendi. Merekapun
kembali bekerja, mulai dari memasang lentera, menghias kursi, lampu- lampu
kecil dan banyak lagi. Tak lama merekapun selesai. “akhirnya selesai, hampir
jam 3 nich” kata Rendi. “iya, hampir jam 3, tapi kenapa mereka belum datang?” Tanya
Luna. “banyak hal yang dapat membuatmu terlambat, mereka pasti datang” kata
Rendi percaya.
“ Ara, masih inget betapa seriusnya aku buat janji sahabat 3 tahun
lalu?” Tanya Rendi tiba-tiba. “iya inget banget, seneng banget tiap inget itu.
Inspirasi aku buat bikin 5 lagu sampai sekarang” jawabnya. “aku takut banget,
sebagai laki-laki aku takut gak bisa tepatin janji. Alasan ke-2 aku yang juga
kamu tahu, dan dengan tingkat kesembuhan yang cuma beberapa persen itu. Tapi
teryata aku dapat kesempatan untuk selalu bersama kamu..” ucapnya lesu. Luna
tersenyum dengan tatapan bahagia ke Rendi.
“Rendi! Luna!” teriak Farel darri balik pohon sambil berlari bersama
Sandra. “kukira kami yang pertama, ternyata salah dan waw..! kalian yang
menghias tempat ini?” kata Sandra. “begitulah, ada 3 toples kunang-kunang yang
sudah kulepaskan bersama makanannya, malam nanti pasti indah. Karena tamu kita
yg sebenarnya kan Neza dan Zara” ungkap Rendi. “kami juga sudah membuat
kejutan, gelang persahabatan ini kami sendiri yang ukir nama kalian” kata
Sandra sambil meberi gelang buatanya.
“ apa kami terlambat?” Tanya Zara mengejuktan mereka. “astaga kalian
sudah datang, apa kabar kalian. Ini gelang untuk kalian” sapa Sandra. “wah
makasih ya.. kami juga bawah oleh-oleh dari Surabaya” kata Neza. Dan merekapun
larut dalam pembicaraan hingga larut. Para kunang-kunang mulai bermunculan dari
balik pohon, lampu-lampu dan lentera pun dinyalakan. Semua begitu membahagiakan
saat itu.
Pukul 20.00
“Waktunya pulang nich, entar kemaleman lagi” kata Rendi. “iya-iya
lagian kita kan bakal satu sekolah mulai minggu depan” kata Sandra. “bener juga
sih, gak nyangka kalian gak ada yang berubah” ujar Neza memeluk teman-temannya.
“Ara, mau ikut aku mengunjunggi pemakaman mama sama papa ngak besok?
Soalnya kak Imel lagi sibuk” Tanya Rendi sambil membawa motor perlahan. “dengan
senang hati” ucap Luna tersenyum. “oke dech jam 9 ya, kesiangan ntar panas”
kata Rendi. “aku mah terserah aja. Bye Atha” kata Luna sambil turun dari motor
karena udah sampai. “bye Ara, have a nice dream about me” ujarnya PD.
Esok harinya
Luna dan Rendi
berdo`a untuk kedua orang tua Rendi, setelah usai Luna meletakkan bunga lili
putih yang Ia bawa.
“waktunya
pulang” kata Rendi.
“iya, baiklah
memang sudah waktunya pulang” jawabnya.
“lho itu bukannya
fayrica?!” Tanya Luna keheranan
“fayrica?
Fayrica siapa” jawabnya.
“Fayrica itu
adiknya Alvin. Aku tidak akan salah mengenali, itu Fayrica” katanya sambil
menunjuk gadis kecil yang sedang terduduk menangis di depan 2 makam.
“Fayrica! Hey..”
lanjutnya sambil melambaikan tangan.
Gadis itu
menoleh tapi kemudian ia berlari dangat cepat. Hingga baik Rendi atau Luna
kehilangan jejaknya.
Luna pergi
menarik Rendi ke makam yang tadi dikunjunggi Fayrica. Detik itu juga tubuh Luna
terjatuh ke tanah, air matanya menggalir membasahi pipinya, ia benar-benar
terkejut bahkan shock.
Rendi datang
dari belakangnya dengan ekspresi yang sama.
“ini nggak
mungkin! Nggak mungkin!!” kata Rendi keras.
“katakan ini
bukan nama Alvin yang kukenal!” lanjutnya tak percaya.
“ini dia Ren,
Alvin Vito Nandictha dia Alvin” kata Luna sambil terisak.
Tangan Rendi
menggengam kuat, ia tak kuasa menahan air matanya. Perlahan ia menggingat
bagaimana saat pertemuannya dengan Alvin dan hingga saat ini, saat ia akhirnya
tahu identitas si pendonor si NVA orang yang selama ini juga menyukai Luna.
Namun hanya tinggal nama. Perlahan setelah inggatannya memudar tentang masa
lalu dan kembali ke waktu ini, amarahnya menurun.
“biar
kuluruskan, Alvin si pendonor itu bukannya pindah tapi ia disini, bersama
dengan Tasya” katanya melihat nisan bertulis nama Tasya.
“inilah
kenyatannya, tapi Ren biar hanya kita yang tahu seperti apa yang telah Alvin
minta” kata Luna mengiyakan.
“kita harus
hidup bahagia, bersama dengan sahabat kita, mengarunggi hari, menggapai mimpi, Kita
akan bersama selalu, selamanya”
Luna
menggangguk.
Dari kejauhan
Fayrica sedang melihat mereka, Fayrica nampak senang keingginan kakaknya
akhirnya dapat terpenuhi. Perlahan ia pergi meninggalkan tepat itu.
2 tahun kemudian
“bagaimana
perasaan kalian menjadi band termuda yang memenangkan penghargaan music ini?”
“jelas kami
sangat bangga, sebenarnya ini memang mimpi kami tapi kami tak menyangka membawa
trophy ini di tahun ini” jawabnya
“sejak 2 tahun
lalu Future Band karirnya begitu melesat apa sich yang jadi penyebabnya?”
“band ini
terbentuk karena persahabatan, jadi enjoy itu salah satu kunci kekompakan kami.
Habis mau gimana lagi kami udah lama sejak kecil bersahabat. Pokoknya enjoy
dech!”
“banyak band
yang katanya melarang hubungan di dalam bandnya, menurut kalian?”
“inilah kami
begitu banyak hal yang terjadi sebelum band ini terbentuk, begitu berat, kalau
hanya masalah hubungan menurut kami nggak akan jadi masalah”
“okey kalau
begitu pemirsa mari kita sambut Remdi, Luna, Farel, Sandra, Neza, dan Zara The
Future Band!!”
Selamanya kami
akan bahagia, kita adalah sahabat, menggarunggi hari, meraih mimpi. Kita akan
bersama selalu, selamanya. Di bukit sahabat ini kita menggucap janji
bersahabatan 15 tahun lalu, dan hingga sekarang kita mengginjakkan kaki di sini
kita tetap sahabat.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar