Minggu, 12 Agustus 2012

With You Always Ending

Hari demi hari dilewati dengan bahagia baik Rendi atau Luna, dimanapun jua hanya ada canda tawa, terkadang pendonor misterius pun terlupa sesaat. Meski sempat Luna ingin menghentikan pencarian. Tapi Rendi begitu bertekat bulat. Yang benar-benar terlupa tentu Alvin, tanpa kabar jauh pula batin Luna.
Ujian yang telah berlalu membanggakan mereka, dapat se-kampus pun sudah di depan mata. Begitu bahagia mereka dengan masa depan yang cerah ini. Cita-cita untuk menjadi penyanyipun sudah bulat difikir.
Pagi itu..
Telefon Luna membangunkannya, ia menguap perlahan sambil menjawab pangilan dari Rendi. “pagi Atha..” sapanya setengah tertidur. “hehe, sory bangunin pagi gini, Cuma.. ini tangalnya 3 tahun yang kita janjikan di bukit sahabat. Inget kan??” kata Rendi semangat. Sontak Luna melihat kalender besarnya, tanda bulat dengan tulisan biru mengagetkannya. “astaga, apa yang akan kita lakukan?” tanyanya. “aku berencana menghias tempat itu, gimana jam 8?” ucap Rendi. “iya jam 8, bye Atha” salam Luna. “bye Ara” dan sambungan telefon ditutup.
Luna segera bersiap-siap, jam 7.45 ia selesai sarapan dan mengambil tas jinjing abu-abunya. Ia membersikan isinya dan menemukan surat. Surat yang diberikan si pendonor misterius dulu. Ia membacanya lagi dan menemukan jawaban kecil. “hey Ara, aku Rendi” suara Rendi dibalik pintu. Luna membuka pintu kamarnya.
“Atha, aku ini bodoh ya..? bari detik ini aku tahu kalau singkatan nama PEN di surat ini, namanya Tasya” katanya sambil menunjukkan surat itu. “lho gimana bisa?” Tanya Rendi. “Dibalik Atha NEP jadi PEN” jelas Luna. Rendi sedikit terkejut “si pendonor berarti AVN. Siapa?” tanyanya. “entahlah aku belum nmenebak” ucap Luna. “sudahlah Lun persahabatan kita harus didahulukan di banding aku. Ayo ke bukit sahabat” ajaknya.
Di bukit sahabat, 8.30
“hmm.. syukurlah bukit ini persis dengan yang dulu. Tak ada yang berubah..” gumam Luna. “tak ada ?!” koreksi Rendi. “ya, memang semak belukar dan rumput liar sedikit mengganggu. Tapi bukankah untuk itu kita disini, membersikan dan menghias tempat ini” jawab Luna. Tak terasa berjam-jam berlalu hingga tempat itu kembali bersih.
“huft… sudah cukup setengah 12 waktunya istirahat makan” ajak Rendi. “iya kebetulan aku bawah sandwicth, ayo makan!” kata Luna bersemangat. “setelah ini kita tinggal menghias tempat ini” kata Rendi sambil mengambil jatah sandwicthnya. “iya semuanya sudah siap kan Atha?” Tanya Luna. “tenang saja tak rugi deh punya pacar Rendi Agatha Putra” kata Rendi PD.
“eh.. udah jam 12.15 ni, yuk pasang hiasanya” kata Rendi. Merekapun kembali bekerja, mulai dari memasang lentera, menghias kursi, lampu- lampu kecil dan banyak lagi. Tak lama merekapun selesai. “akhirnya selesai, hampir jam 3 nich” kata Rendi. “iya, hampir jam 3, tapi kenapa mereka belum datang?” Tanya Luna. “banyak hal yang dapat membuatmu terlambat, mereka pasti datang” kata Rendi percaya.
“ Ara, masih inget betapa seriusnya aku buat janji sahabat 3 tahun lalu?” Tanya Rendi tiba-tiba. “iya inget banget, seneng banget tiap inget itu. Inspirasi aku buat bikin 5 lagu sampai sekarang” jawabnya. “aku takut banget, sebagai laki-laki aku takut gak bisa tepatin janji. Alasan ke-2 aku yang juga kamu tahu, dan dengan tingkat kesembuhan yang cuma beberapa persen itu. Tapi teryata aku dapat kesempatan untuk selalu bersama kamu..” ucapnya lesu. Luna tersenyum dengan tatapan bahagia ke Rendi.
“Rendi! Luna!” teriak Farel darri balik pohon sambil berlari bersama Sandra. “kukira kami yang pertama, ternyata salah dan waw..! kalian yang menghias tempat ini?” kata Sandra. “begitulah, ada 3 toples kunang-kunang yang sudah kulepaskan bersama makanannya, malam nanti pasti indah. Karena tamu kita yg sebenarnya kan Neza dan Zara” ungkap Rendi. “kami juga sudah membuat kejutan, gelang persahabatan ini kami sendiri yang ukir nama kalian” kata Sandra sambil meberi gelang buatanya.
“ apa kami terlambat?” Tanya Zara mengejuktan mereka. “astaga kalian sudah datang, apa kabar kalian. Ini gelang untuk kalian” sapa Sandra. “wah makasih ya.. kami juga bawah oleh-oleh dari Surabaya” kata Neza. Dan merekapun larut dalam pembicaraan hingga larut. Para kunang-kunang mulai bermunculan dari balik pohon, lampu-lampu dan lentera pun dinyalakan. Semua begitu membahagiakan saat itu.
Pukul 20.00
“Waktunya pulang nich, entar kemaleman lagi” kata Rendi. “iya-iya lagian kita kan bakal satu sekolah mulai minggu depan” kata Sandra. “bener juga sih, gak nyangka kalian gak ada yang berubah” ujar Neza memeluk teman-temannya.
“Ara, mau ikut aku mengunjunggi pemakaman mama sama papa ngak besok? Soalnya kak Imel lagi sibuk” Tanya Rendi sambil membawa motor perlahan. “dengan senang hati” ucap Luna tersenyum. “oke dech jam 9 ya, kesiangan ntar panas” kata Rendi. “aku mah terserah aja. Bye Atha” kata Luna sambil turun dari motor karena udah sampai. “bye Ara, have a nice dream about me” ujarnya PD.
Esok harinya
Luna dan Rendi berdo`a untuk kedua orang tua Rendi, setelah usai Luna meletakkan bunga lili putih yang Ia bawa.
“waktunya pulang” kata Rendi.
“iya, baiklah memang sudah waktunya pulang” jawabnya.
“lho itu bukannya fayrica?!” Tanya Luna keheranan
“fayrica? Fayrica siapa” jawabnya.
“Fayrica itu adiknya Alvin. Aku tidak akan salah mengenali, itu Fayrica” katanya sambil menunjuk gadis kecil yang sedang terduduk menangis di depan 2 makam.
“Fayrica! Hey..” lanjutnya sambil melambaikan tangan.
Gadis itu menoleh tapi kemudian ia berlari dangat cepat. Hingga baik Rendi atau Luna kehilangan jejaknya.

Luna pergi menarik Rendi ke makam yang tadi dikunjunggi Fayrica. Detik itu juga tubuh Luna terjatuh ke tanah, air matanya menggalir membasahi pipinya, ia benar-benar terkejut bahkan shock.
Rendi datang dari belakangnya dengan ekspresi yang sama.

“ini nggak mungkin! Nggak mungkin!!” kata Rendi keras.
“katakan ini bukan nama Alvin yang kukenal!” lanjutnya tak percaya.
“ini dia Ren, Alvin Vito Nandictha dia Alvin” kata Luna sambil terisak.

Tangan Rendi menggengam kuat, ia tak kuasa menahan air matanya. Perlahan ia menggingat bagaimana saat pertemuannya dengan Alvin dan hingga saat ini, saat ia akhirnya tahu identitas si pendonor si NVA orang yang selama ini juga menyukai Luna. Namun hanya tinggal nama. Perlahan setelah inggatannya memudar tentang masa lalu dan kembali ke waktu ini, amarahnya menurun.

“biar kuluruskan, Alvin si pendonor itu bukannya pindah tapi ia disini, bersama dengan Tasya” katanya melihat nisan bertulis nama Tasya.
“inilah kenyatannya, tapi Ren biar hanya kita yang tahu seperti apa yang telah Alvin minta” kata Luna mengiyakan.
“kita harus hidup bahagia, bersama dengan sahabat kita, mengarunggi hari, menggapai mimpi, Kita akan bersama selalu, selamanya”
Luna menggangguk.
Dari kejauhan Fayrica sedang melihat mereka, Fayrica nampak senang keingginan kakaknya akhirnya dapat terpenuhi. Perlahan ia pergi meninggalkan tepat itu.

2 tahun kemudian
“bagaimana perasaan kalian menjadi band termuda yang memenangkan penghargaan music ini?”
“jelas kami sangat bangga, sebenarnya ini memang mimpi kami tapi kami tak menyangka membawa trophy ini di tahun ini” jawabnya
“sejak 2 tahun lalu Future Band karirnya begitu melesat apa sich yang jadi penyebabnya?”
“band ini terbentuk karena persahabatan, jadi enjoy itu salah satu kunci kekompakan kami. Habis mau gimana lagi kami udah lama sejak kecil bersahabat. Pokoknya enjoy dech!”
“banyak band yang katanya melarang hubungan di dalam bandnya, menurut kalian?”
“inilah kami begitu banyak hal yang terjadi sebelum band ini terbentuk, begitu berat, kalau hanya masalah hubungan menurut kami nggak akan jadi masalah”
“okey kalau begitu pemirsa mari kita sambut Remdi, Luna, Farel, Sandra, Neza, dan Zara The Future Band!!”

Selamanya kami akan bahagia, kita adalah sahabat, menggarunggi hari, meraih mimpi. Kita akan bersama selalu, selamanya. Di bukit sahabat ini kita menggucap janji bersahabatan 15 tahun lalu, dan hingga sekarang kita mengginjakkan kaki di sini kita tetap sahabat.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar