Secret Hunter
Angin berhembus kencang, saat ini aku sedang berdo`a di
makam orang tuaku dengan Jae Joong kakakku. “ JJ, aku selesai, ayo kembali”
ajakku. “kalau mau masih ada waktu 1 menit untuk berlama-lama di sini” katanya.
Aku hanya berjalan ke mobil sebagai jawaban “tak lucu”. Mobil biru tua kakakku
melesat melewati jalan sepi dan menerbangkan daun-daun kering di musim gugur
ini. Sekejap kami telah sampai, di tempat yang jadi rumah ke duaku ini.
Disinilah aku home schooling, teman-temanku adalah agen rahasia, beberapa FBI,
paspampres, professor, shooting, dan banyak lagi. “hey, Jae Shik lihat game
buatanku ini” kata orang ke-2 termuda di sini setelah aku, ahli computer Jang
Hae Min. “kelihatanya bagus, bagaimana cara mainnya?” tanyaku antusias. Dan inilah
kehidupanku sebagai SECRET HUNTER.
“kalian jangan main
terus, ayo latian menembak lagi” ajak lady meirrin. “aku sedang bertugas lady”
jawab Hae Min, “dan ini bukan jadwal latihanku” tambahku. Lady meirrin tak
menjawab dan pergi ke tempat lat.tembak. “kalian mau jus” kata kak Shin Jung.
“tentu” jawabku. “Jae Shik, kakakmu mana?” tanyanya. “kakak sedang latihan
Tembak” jawabku. “baiklah kalau begitu, sampai jumpa” kata kak Shin Jung. Aku
hanya melambaikan tangan.
“perhatian, tim Rose
akan segera sampai” suara kapten Jang mendenggung di semua ruang, kami segera
menempati posisi. Kali ini tugasku hanya memastikan keamanan, komandan memang sering
melarangku diberi tugas lapangan, dia selalu bilang “kau masih kecil”. Akupun
mulai bekerja, “lotus pada rose, lotus pada rose kirimkan signal kalian”.
“baik” jawab mereka, tak lama signal mereka sampai di komputerku. “masih ada 3
orang penyusup” kataku pada tim rose dan ke dua kaptenku. “kami kekurangan
senjata” kata salah seorang tim rose.
“Jae Joong, Shin Jung
bantu mereka” kata kapten Han pada kami. Tepat 15 menit bantuan pergi, radarku
tak melihat penyusup lagi. “okey, kapten kita berhasil!!” kataku keras. 10
menit berikutnya mereka sampai di markas. Kami melanjutkan aktivitas hingga
waktunya pulang. Sekarang jam Sembilan malam. Mobil kakakku melesat kencang ke
rumah yang sepi dan gelap, tentu saja lampunya belum dinyalakan.
“hey jangan sentuh
aku!!” teriak seseorang. “kau saja” kata kakakku lembut, aku mengerti
maksudnya. Aku segera turun dari mobil dan berlari ke balkon. Benar saja 3
orang preman berbadan besar sedang mengikat nona muda, dan 2 yang lain sedang
menggoda nona itu. “seenaknya saja kalian masuk ke rumah orang dan berbuat
kotor” kataku sambil berjalan mendekat. “hey gadis kecil, kalau kau mau, tunggu
sampai kami selesai dengan nona ini atau sekarang juga boleh” kata salah satu
dari mereka. “hmm… kita dapat 2 hari ini” kata seorang lagi. “2 tinju,2
tendang. Akan kupastikan” kataku. “gadis kecil pergilah, selamatkan dirimu”
kata nona muda itu. Lalu terdenganr “huaa.. daak.. prangg.. teng.. dess..
prakk.. aww..” dan terakhir “meaww..”. “kucing liar” kataku.
Aku melepaskan nona itu,
lalu memberinya makan dan ia mulai bercerita. “namaku Park Na Ree, aku baru
sampai dari New York saat mereka menangkapku di pintu bandara, lalu mereka
membawaku ke sini sampai kau datang. Siapa namamu? Dan siapa pria yang masuk
tadi?” katanya. “aku Kim Jae Shik, tadi kakakku Kim Jae Joong. Dia pasti sedang
mandi” jawabku.
Dia bercerita hingga
larut malam tentang perusahaan ayahnya Park Kang Min, dan dia yang akan menjadi
pewaris perusahaan. Jam sepuluh lebih tiga puluh menit, dia baru berpamitan
pulang. Kakakku menyuruhku segera tidur karena besok tak libur. “sial. Aku
lelah meladeni nona itu” keluhku. “kakak!!! Gunakan lampu otomatis pada rumah
kita!!” teriakku pada kakak. “nanti saja, kalau kakak ingat” jawab kakakku
seadanya.
Jum`at, pukul 5.00
“hei cepat sedikit
makanya, komandan pasti melarangmu tugas lapangan lagi” perintah kakakku.
“memangnya kapan komandan menyuruhku tugas lapangan, yang kuingat cuma
menangkap perampok. Aku selesai, ayo berangkat” jawabku.
“5.20 kita tidak
terlambat” kataku antusias. “Jae Joong, Jae Shik ayo cepat masuk, tugas dini
hari” sapa kak Shin Jung sambil menarikku. “ada apa kak” tanyaku. “demo besar
akan terjadi di kantor presiden, meskipun presiden tidak di tempat tapi mereka
akan menyerang wapres. Komandan bilang akan ada rencana peledakan gedung. Kita
akan menyamar.” Jelas kak Shin Jung. “tunggu dulu, kita?? Aku tugas lapangan”
tanyaku tak percaya. “tentu saja, ayo lekas kemasi alat-alat dan berangkat”
katanya semangat.
“okey, tim rose, JJ.
Kalian siap” kata kapten Han Jung In pada kami. “siap” jawabku mewakili. “okey
kalian bawa 2 mobil, Shin Jung, Jae Shik bawa mobil S2AD. Kalian sebagai pendemo,
Jae Joong kau jadi paspampres” kata kapten Jang tegas. “mengerti!!” dan kamipun
segera berangkat.
Sesampainya di sana para
pendemo telah berkumpul, aku dan SJ pun mulai bergaul dengan mereka, sayangnya
kami tak menemukan rencana rahasia, kebanyakan hanya ingin hak mereka dipenuhi
tanpa perlu melukai siapapun. Tak lama kemudian seorang pendemo mulai
berteriak. Dengan cekatan kami mengawasi gerak-gerik para pendemo. Tak ada yang
mencurigakan hingga 1 jam ini, hingga seorang pendemo terlihat mengendap-endap
pergi. Aku menggikutinya dengan hati-hati, pria itu memasuki mobil dan
mengambil kardus dari sana. “JS pada lotus, coba lihat kandungan benda-benda di
sekitarku” laporku pada Hae Min. “arah jam 3, kandungan pembuat bom. Atasi dia!”
jawabnya.
Mendengar itu aku segera
menyergapnya, bukanya melawan dia tersenyum padaku. Namun akhirnya dia melawan,
kami bertarung cukup lama. Ku akui dia karatendo yang hebat. Aku sempat meresa
aneh karena ia sama sekali tak bicara. Mataku jeli melihat topi hitamnya yang bertulis
“paspampres”, dalam hati aku bertanya apa dia benci paspampres. Namun
tiba-tiba ia berlari, “hey.. berhenti kau teroris” teriakku. Ternyata di balik
tembok agen SJ telah menunggu. Pria itu tetap tenang dan tanpa ekspresi
menggeluarkan tombol kecil, dan dia melemparnya ke tanah “diarrrr….”ledakanya
tak besar namun asapnya pekat. Sadarlah aku telah terjebak. Aku menariknya yang
berlari dari balik pohon menuju mobil, namun yang kudapat hanya sapu tangan
hitam.
Aku dan SJ kembali ke
markas, sedangkan JJ tetap berjaga di lokasi. Aku begitu terkejut melihat
komandan di depan komputerku, komandan sangat jarang berada di markas. “agen JS
dan SJ kalian berhasil mengamankan gedung presiden, apa ada lagi yang kalian
temukan?” katanya. “komandan, aku gagal menangkapnya, tapi aku menemukan ini” kataku
sambil menyerahkan sapu tangan itu, ada lambang “G” di pojoknya. “huh… sudah 10
tahun ya.. sudah dimulai” kata beliau sambil menghela nafas. “apa yang dimulai”
Tanya kak Shin Jung. “akan kuberi tahu bila saatnya tiba. Sekarang tarik JJ ke
markas, aku yakin tak ada yang akan terjadi” jawabnya pasti.
Orang sebaik komandan
yang merawatku sejak orang tuaku tiada 10 tahun yang lalu, apa yang ia fikirkan hingga menghela
nafas seperti itu? Tanyaku dalam hati, namun mengenang 10 tahun yang lalu membuatku
ingat ia sempat membahasnya membuatku agak takut mencarinya, ku pikir apa yang
ditutupi komandan pasti memang tak seharusnya ku cari tahu.
Normal POV:
“perhatian semuanya,
hari ini hari istimewa, komandan berbaik hati mentraktir kita semua!!” ucap
kapten Han pada mic. Suara sorak senang terdengar ramai, mobil- mobil kami satu
persatu meninggalkan markas.
Setelah sampai meja di
penuhi oleh makanan dan minuman. Jae Shik memilih mengambil sekaleng soft drink
dan pergi mencari udara segar di balkon lantai 2. “bintang malam ini banyak
sekali. Ah itu rasi bintang Leo, indahnya” gumam Jae Shik. Tak terasa 2 jam
lebih Jae Shik memandang bintang. (sebenarnya kebiasaan memandang bintang dan
langit berjam-jam itu kebiasaan penulis hehe:D) ponsel Jae Shik berbunyi. Pesan
singkat berisi “ku tunggu di mobil” membuatnya bergegas.
Di rumah:
“kakak kita dapat
hadiah!” Kata Jae Shik sambil mengangkat kotak di depan pintu. “ada suratnya.
Biar aku baca. Untuk Jae Shik dan kakaknya Jae Joong, aku member kalian sedikit
hadiah sebagai tanda terimah kasih. Sebenarnya aku ingin memberinya secara
langsung melalui surat seperti ini tidak sopan buatku, tapi aku sudah menunggu
selama 2jam dan kalian belum pulang. Oh ya besok tolong telpon aku di nomer ini
08**********. Park Na Ree” bacanya.
“kak aku akan pergi ke
kamar untuk membuka hadiahku” ucap Jae Shik. “Jae Shik, ku rasa kau salah
mengartikan hadiah itu. Na Ree berbeda dengan Shin Jung, aku yakin kau takkan
suka hadiah itu” kata Jae Joong mengingatkan. Namun Jae shik malah memasang
muka sebal, ia berlari ke kamarnya. Satu menit kemudian. “iii waww, apa`an
nich?” kata jae Shik keluar kamar sambil membawa bando pink berbagai model.
“hwahahaha…” tawa Jae Joong meledak. “percayalah pada kakak, kakak yakin dalam
kado kakak isinya dasi. Karna penasaran Jae Shik membuka kado kakaknya, dan
ternyata benar beberapa dasi bermotis lucu ada di dalamnya.
Esok paginya
“Jae Shik, apa yang kau
lakukan?” Tanya Jae Joong dari dapur. “sedang menelpon kak Na Ree, meski aku
takkan menggunakan hadiahnya, tapi aku harus berterima kasih” ucapnya.
“halo, kak Na Ree?”
katanya mulai bicara. “iya, apa ini Jae Shik?” jawabnya. “iya kak, emm… kak aku
mau berterima kasih untuk hadiahnya, maaf harus lewat telpon” kata Jae Shik.
“Jae Shik, kau dan kakakmu datanglah untuk makan siang di rumahku hari ini!
Alamatnya akan ku kirim lewat SMS” pintanya. “baiklah kak sampai jumpa”
jawabnya.
~~END~~
Bagaimana kesan Jae bersaudara dengan rumah Park Na
Ree dan semua hal di dalamnya, bakal lanjut.