Kamis, 26 Januari 2012

malaikatku

Malaikatku
            Hari ini aku akan berkata pada dunia bahwa aku baik – baik saja, meskipun mungkin itu tidak benar. Sungguh seperti baru kemarin aku terbangun di rumah sakit. Saat takdir membuatku menjadi seorang gadis tanpa ibu harusnya aku yang pergi, karna masa kelam ini akan menjadi sedihku yang terbesar.
            Aku berhenti menulis saat fajar tiba, ku taruh buku diaryku di atas meja dan bergegas bersiap pergi ke sekolah. Usai mandi dan berganti baju kuraih tasku dan turun untuk sarapan, di bawah kulihat papa, kak Nova, Riko dan Rika sedang asyik makan, ku lihat juga nenek yang masih sibuk dengan urusan dapur. “ayo mel cepet makan, ntar telat.” kata kak Nova.
“iya kak”jawab gadis yang bernama Melody itu.
Skip story setelah aku makan mengambil sepeda kesayanganku di susul oleh  kak Nova, Riko dan Rika kedua adik kembarku yang masih duduk di kelas 4 SD. Kakak cepat melesat dgn motor CBR600-nya karena jarak SMA nya cukup jauh, kemudian kedua adikku dgn sepeda lucunya, kemudian aku dgn sepeda biru hitamku. Tak lama suara mobil ayah kudengar menjauh. Jarak sekolahku kurang lebih 2 KM, melewati perumahan dan lereng bukit kebun teh.
Normal POV
Saat sedang mengendarai sepeda sambil bersenandung kecil, Melodi melihat ibu – ibu paruhbaya membawa sekantong daun teh sedikit oleng hingga terjatuh. Melody segera turun dari sepedanya dan menolong orang itu, lalu ia melihat seseorang menolong memungut daun teh dan memperbaiki sepeda itu. Seseorang yang tak dikenal oleh Melody namun memakai seragam yang sama dengannya. Setelah ibu itu merasa baikan, ia pergi, lalu seseorang mengulurkan tangannya. Dia berkata “hai gue Andrean, gue baru di sini. loe dari SMP Bintang Rayakan, gue murid baru di sana” katanya. “hai juga gue Melody, loe pindahan dari Jakarta itu ya?” jawabnya sambil bersepeda beriringan dengan Andrean. “iya, Mel loe bisa panggil gue Ian, loe di kelas apa? Gue 7A” Tanya Andrean. “gue juga, kita sekelas” jawab Melody. Mereka terus ngobrol di jalan hingga sampai di parkiran.
“Gue harus pergi ke tempat kepsek nyerahin berkas tambahan, Loe mau nganter gue kan?” Tanya Ian. “PD banget loe, tapi kabetulan gue juga mau nyerahin berkas OSIS nich” jawabnya.
Skip time, saat sampai di depan ruangan bertuliskan R. Kepala Sekolah. Melody mengetuk pintu perlahan lalu terdengar jawaban “silahkan masuk” kata wanita itu. “Selamat pagi bu Rina” sapa Melody pada wanita yang dekat dengannya itu. “pagi Melody, dan kau pasti Andrean, selamat datang” sapanya. “iya bu Rina saya datang untuk nemberikan sisa berkas yang ibu minta” katanya dengan senyuman, “dan saya ingin memberikan berkas OSIS ini” sela Melody. “baiklah, terima kasih. Sekarang kalian bisa kembali ke kelas” jawabnya sambil memeriksa salah satu berkas. “terima kasih kembali bu Rina” jawab mereka bersama-sama. “ayo ke kelas” kata Ian, Melody mengangguk.
Mereka berjalan melewati ruang-ruang kusus hingga sampai di ruang VII-A. “ini dia ruang kelasku tercinta” katanya sambil membuka kenop pintu, teman sekelasnya terheran “Melody tersenyum lepas…?!” kata Diene yang seorang keturunan peramal. Saat Andean masuk mereka semua mencoba bersikap seperti biasa, namun Diene masih terpaku dengan beribu tanda Tanya. “hey.., Loe Andrean kan gue Raffi ketua kelas, ni Dika wakil gue, Melodi sekretaris, dan Cintya bendahara” sapa Raffi panjang lebar. “iya gue Andrean salam kenal” jawabnya. “oh ya loe bisa duduk sama Melody” kata Raffi lagi. “OK..! thank`s ya” jawabnya yang dib alas anggukan dari Raffi.
Tempat duduk Ian dan Melody tidak jauh dari Diene yang kini duduk terpaku dengan pena yang terlihat mencoret-coret bukunya sendiri, Melody menyadari pandangan aneh Ian, ia berkata “dia Diene, keturunan peramal. Dia sering duduk melamun mencoret-coret kertas kemudian timbul tulisan, tulisan itulah ramalannya, sering sekali tepat. Dulu ia pernah menulis ‘melody miracle win’ itu namaku di club musik, bahkan Diene tidak tahu itu. Seminggu kemudian gue ikut lomba music yang cukup bergengsi, dan gue menang . Padahal gue tahu saingan gue itu siapa” jelasnya panjang.
Kringgg…. (bel berbunyi) semia murid bergegas berbaris di luar, saat keluar Andrean sempat melihat tulisan di buku Diene ‘Melody`s Angel come for help and love’ dalam hati Andrean berkata “apa maksud `malaikat melody datang untuk menolong dan cinta` mungkin malaikat penolong Melody telah datang, memangnya Melody kenapa? Dan siapa?”
Saat pelajaran berlangsung Andrean sesekali memikirkan tentang tulisan Diene. Dari semua tulisan Diene hanya satu pertanyaan yang menjanggalnya “ada apa dengan Melody???”. Pak Agus yang sedari tadi menuliskan rumus matematikapun tiba-tiba duduk, mengemasi barangnya dan keluar kelas. “lho mel napa pak Agus kok udah keluar?” katanya pada Melody. “pak Agus emang gitu, bentar lagi istirahat. Tapi kalau tulisan ini belum selesai dia bakal marah, jadi cepetan nulisnya!” jawad Melody. Ian segera berpusat ke bukunya, menulis dengan kecepatan turbo (????). Hingga bell berbunyi Ian sudah selesai.
Melody, Cintya, Erica, Dika, Andrean, Ilham (macide) ngumpul di ruang music, tempat kesayangan mereka, sekaligus pengenalan Andrean sebagai anggota baru. Seperti biasa mereka berlatih beberapa lagu, dan setelah adanya Andrean sebagai pianis lengkap sudah “ The Guardian”.
Sementara itu di R.kepsek, Raffi sedang melaporkan tugasnya. Raffi memang di beri tugas memantau Melody dalam hal positif, ya.. Ibu Rina tak mau ambil resiko bila membiarkan Melody terus dalam tekanan karena kepergian ibu sekaligus sahabat karibnya Susan, bahkan di saat terakhir Susan sempat menyuruh Rina menjaga anaknya. “ma.. aku lihat Melody tadi tersenyum, bukan senyum palsu ma, melainkan senyum bahagia yang lepas” kata Raffi menjelaskan.“ iya mama tahu, kelihatannya itu karena anak baru bernama Andrean itu” kata bu Rina yang sebenarnya adalah ibu kandung Raffi, namun bu Rina menyuruh Raffi bertindak biasa dan tidak memangilnya mama saat ada lebih dari mereka yang mendengar. “menurutku juga begitu ma” jawab Raffi. “baiklah cukup makasih ya Raffi” kata bu Rina bernada seperti biasanya. “sama-sama kepala sekolahku bu Rina sayang” jawab Raffi sambil tersenyum dan membuat bu Rina tersipu, lalu ia pergi meninggalkan ruangan itu.
Klak suara almari dibuka, bu Rina mengeluarkan pigora kecil dengan foto dirinya dan Susan. Ia berkata “ Susan sesuai janjiku takkan kubiarkan anakmu menangis, dan akan ku tebus budi baikmu dan keluarganu, tunggu saja nanti” katanya pasti.
Dulu Susan dan Rina, teman akrab yang selalu bersama. Tolong menolong, saling membantu, bekerjasama, canda-tawa, dan banyak lagi yang mereka lalui bersama. Bahkan saat keluarga Rina bangkrut, Susan mau memberi bantuan dengan mengajak Rina dan keluargannya tinggal bersama dan menjalani bisnis dengan keluarga Susan, keluarga Susan juga menyekolahkan Rina hingga keuangan keluargannya kembali stabil, serta banyak hal lainnya, ayah Susan juga tidak pernah pilih kasih terhadap mereka. Mereka sangat bahagia.
Back to story:
Di ruang music kini Andrean dan Melody sedang berduet, grub music mengusulkan tim duet sekolah dan mereka setuju. Lantunan lagu indah berjudul “fallin love” memenuhi ruangan. Andrean juga langsung masuk tim basket atas usul Raffi sang kapten karena prestasinya. Dan jangan ditanya lagi fans Andrean sudah menyebar di tiap kelas. Bahkan namanya sudah pasti akan masuk di cover majalah sekolah bulan ini.
Beberapa minggu setelah kepindahannya, pak Yoga guru olahraga menyuruh membuat clipping olahraga berkelompok menurut bangku, dan tentu saja Andrean sekelompok dengan Melody. Andrean seenaknya saja memutuskan lokasi pembuatannya, rumah Melody. Tentu itu pilihannya karna ia akan mendapat nilai plus, 1: tugas selesai 2: makin tahu tentang Melody. Dan begitu juga dengan waktunya dengan rasa tanpa bersalah ia meminta hari Minggu jam 8. Komplit sudah rasa shock Melody karena rasa seenaknya dari temannya itu. Bahkan karena Melody cuek saat ditanya di mana rumahnya Ian mengikutinya sampai kerumahnya, Ian memang keras kepala `batin Melody`

Tidak ada komentar:

Posting Komentar