Selasa, 17 April 2012

pengetahuan pramuka




 kunci morse


A         : Ano                                      
B         : Bonaparte
C          : Coba-coba
D         : Dominan
E         : Egg
F         : Father Jonan
G         : Golongan
H         : Himalaya
I          : Islam
J          : Jago Loro
K         : Komando
L         : Limonade
M        : Motor
N         : Notes
O         : Omono
P          : Pertolongan
Q         : Qomokaro
R         : Rasohe
S          : Sahara
T          : Tong
U         : Unesco
V         : Versikaro
W        : Winoto
X         :Xosendaro
Y         : Yosimono
Z         :Zoro Aster

Masih belum jelas ?? atau ada yang ditanyakan??, bisa hubunggi saya di: reza.fajar23@rocketmail.com
Atau langsung beri komentar di blog ini.
Folded Corner: Nama  : Reza Dwi Fajar K.
Sekolah: SMPN 1 Sumobito
e-mail  : reza.fajar23@rocketmail.com
Pesan : saya menulis ini untuk panduan mudah menghafal morse & sandi rumput. Saya selaku anggota DP SMPN 1 Sumobito  ingin agar pramuka menjadi mudah dan menyenangkan untuk semua kalangan.Semoga bisa membantu dan terima kasih..

malaikatku

Malaikatku  part 2
07.45 di rumah Melodi
Melody POV:
“Mel temenmu nyariin tu…” kata papa dari ruang tamu. “ia pa bentar” sahutku yang lagi asyik denger lagu (ganggu aja sich. Brakk.. di lempar sepeda sama Ian). Aku bergegas keluar dan menuruni tangga hingga kulihat seseorang duduk di ruang tamu bersama papaku dengan senyum tanpa dosa. “nah itu Melody, kalian belajar di kamar melody sana” kata papa. Aku hendak menolak saat Ian memotong omonganku dengan berkata “siap om, ayo Mel”. Aku kembali menaiki tangga saat baru saja turun, Ian mengikuti langkah kakiku yang cepat, naik. Aku berhenti sejenak di depan pintu berwarna biru “ini kamarku” kataku agak malas sambil membuka pintu.
Andrean POV:
Saat ia membuka pintu kulihat nuansa kamar Melody adalah biru, mulai dari biru muda hingga gelap. Jelas beda dengan kamarku yang bernuansa biru dongker dan hitam. Kamarnya cukup luas dan terisi banyak barang. Di samping tempatku berdiri juga ada meja kecil, di atasnya ada lampu meja, jam, handphone, dan fotonya beserta keluarganya. Aku tak tahu sejak kapan Melody berdiri memandangku yang sedang melihat fotonya, tapi aku yakin apa yang ku dengar. “dia Mamaku, dia meninggal 2 thn yang lalu” katanya. Aku hanya mematung mendengarnya, lalu kembali menatapnya.
Melody mengajakku untuk segera mengerjakan tugas, mungkin aku telah membuatnya sedih. Namun segera kualihkan pembicaraan “hei, apakah ini benar-benar kamar seorang gadis. Ini kapal pecah” godaku agar ia tersenyum. Namun tak sangka malah lemparan bantal yang mendarat di kepalaku. Namun ia kembali menyuruh mengerjakan tugas, mengkin ia marah padaku. Akan ku buat ia tak punya alasan mengusirku. Kukerjakan tugasku secepat kilat dan dalam 1 jam, 4 dari 6 tugas selesai. Dan tuntu saja bagian Melodylah yang belum selesai, ia memilih olahraga renang dan pencak silat yang halamanya paling banyak. Dalam hati aku berkata “salah sendiri milih yang sulit, and ngelawan Andrean Dirgantara Putra” tepat jam 8 Melody selesai. “huff.. capeknya” keluhnya sambil menyeka keringat.
“Mel jalan-jalan yuk, bĂȘte ni” seruku kesal. “ kemana” jawabnya sambil merapikan berkas tugas kami. “kemana gitu” cetusku. “em..Ian gimana kalau nanti malem anterin aku ke planetarium? Ada yang pengen kukasih tahu”usul Melody. “ya udah boleh, ntar gue jemput jam 7 malem. Tapi sekarang kita ngapain?” kataku. “jalan-jalan ke kebun teh” serunya senang. Ia menarik tanganku menuruni tangga, ia segera meminta izin papanya lalu kembali menarikku keluar menuju sepedaku. “lho sepeda loe mana?” tanyaku heran. “sepeda gue lagi di bengkel, sekalian ya tiap pagi anter gue ke sekolah” katanya lugu seolah tak tahu  yang barusan dia katakana.
Aku mengayuh sepedaku cepat sedangkan ia berdiri sambil memegang pundakku dan menikmati hembusan angin. Aku bertanya padanya diantara hembusan angin “apa tujuan kita kemari?” tanyaku. Dengan tampang tanpa dosa ia menjawab “bersepeda”. Jawabanya membuatku sedikit kesal dan timbul rasa jail, kupercepat laju sepedaku melewati jalan menurun yang tidak rata hingga menuruni bukit. Rencanaku berhasil ia agak takut dan mencengkram pundakku keras. Namun saat aku melihat matanya yang takut keseimbanganku goyah, kami terjatuh di sungai kecil dengan aliran air yang sangat jernih, dan beberapa ikan.
Kudengar dia mengerutu pelan sementara aku tertawa keras melihatnya basah kuyup, tapi dia malah melempariku dengan lumpur di dasar sungai, dan kini ia tertawa sama kerasnya denganku tadi “sial” gumamku pelan, lalu balik melemparnya dengan lumpur. Akhirnya baju kami sangat kotor dan berhenti saling lempar. Di aliran yang masih bersih kami membersikan muka dan pakaian kami.
Melody POV:
Setelah baju kami tak terlalu kotor aku berkata “di dekat sini ada tempat dengan pemandangan menakjupkan, ikut aku ya…”. Awalnya ia terlihat berpikir tapi kemudian dia menjawab “baiklah asal kali ini kau benar” katanya. Aku hanya tersenyum lalu beranjak meninggalkan air.
Entah apa yang mendorongku namun aku merasa sangat mengenal tempat ini, kakiku terus berjala hingga terdapat semak belukar tinggi menutupi wajahku. “Ian bantu aku singkirkan semak belukar ini” kataku kemudian. Meskipun langsung melakukanya aku dapat melihat wajahnya nampak ragu, dan saat semak terakhir menhilang dari hadapanku aku benar-benar merasa aneh. Rumah pohon tua, ayunan yang kayunya telah lapuk, ring basket berkarat. Kini sungguh aku merasa pernah di sini.
Kakiku melangkah pelan menuju ke bawah rumah pohon itu lalu samar ku dengar gemericik air. “sungai dan air terjun itu!” kataku kemudian dan aku ingat semuanya. Ku tarik semak di sebelah kananku dan benar saja air terjun kecil dapat ku lihat jelas di ujung sungai. Dua ikan emasku dulu sekarang jadi sekumpulan ikan. Aku kembali dan mengajak Ian naik ke atas rumah pohon itu, sampai di atas. Meski berdebu rumah itu tak berantakan.
Normal POV:
“Melodi sebenarnya ada apa?” Tanya Ian keheranan. “maaf aku lupa bercerita, 2 thn yang lalu keluargaku mengalami kecelakaan saat akan wisata bersama. Sayangnya mamaku tiada sejak saat itu. Kejadian itu juga membuatku hilang ingatan. Karena aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi , aku menyalahkan diriku sendiri karena aku yang bersih keras ingin rekreasi. Tapi sekarang, maksudku beberapa menit yang lalu aku ingat semuanya. Aku sembuh!” jelas Melodi . “begitukah? Apa kau masih menyalahkan dirimu sendiri?” Tanya Ian. “tidak terlalu, aku ingat detail kecelakaan itu. Aku ingat aku masih melindungi mama pada detik terakhir. Aku ingat mama berkata padaku bahwa aku harus jadi apa yang ku inginkan dan membahagiakan keluargaku.” Terang Melodi.
“telpon papamu, ah tidak semua keluargamu” saran Ian. Melodi mengangguk, ia segera menelpon papanya. Tak lama ia mematikan telpon dan berkata “ayo pulang ke rumahku”
Rumah Melodi:
“kak Melodi!” teriak kedua adik kembar Melodi yang begitu senang mendengar kakaknya sembuh. “Rico, Rika kakak sangat senang. Akhirnya kakak ingat semuanya” kata Melodi penuh ceria. “papa sudah lama menanti saat ini” katanya “oh ya, Adrian makan sianglah di sini. Terima kasih ya.. kamu seperti malaikat yang sengaja dikirim untuk menolong Melodi. Kamu benar-benar keajaiban” lanjutnya. “ah tidak om.. mungkin ini hanya kebetulan” jawab Ian. Meskipun ia berkata begitu, Ian menggingat tulisan di buku Diene, mungkinkah ada hubunganya?
part  2 selesai..
kemungkinan part 3 itu ending..
jadi tunggu ya..