With You Always 4
Alvin tersenyum puas dalam
kamarnya. Berkali-kali ia menghela nafas sambil menghadap laptopnya, ratusan
kata telah di ketiknya, sebagai anak yang menggemari teknologi Alvin bahkan
memiliki softwhere buatannya sendiri, dan kini ia sedang menggunakannya. Meski
Tasya tlah tiada, tapi bahkan ia lebih memilih Tasya di banding Luna, pujaan
hatinya sendiri. Satu kata yang terucap darinya hanya “Rendi, lihat saja apa
yang akan terjadi! Kau akan terkejut”
Pada malam harinya terdengar
adu pendapat dari kamar Alvin, baik Alvin, papa, mama bahkan adiknya saling
berpendapat. Alvin selalu sibuk memperlihatkan apa yang ada dalam laptopnya,
suaranya parau, terlihat memaksakan diri namun tetap focus. Bahkan kedua orang
tua Alvin binggung harus berkata apa setiap Alvin bicara.
Jum’at, 15.00
Rendi POV
“suster, benarkah ada pendonor
yang cocok untukku” Tanya Rendi was-was. “Rendi ya? Sudah ada pendonor minta besok
segera oprasi, tapi harus ada keluarga, pendamping juga boleh untuk mengisi
formulir ini” jawabnya ramah. “siapa sus yang sebaik itu mau menolongku”
tanyaku. “dia minta namanya dirahasiakan, dia juga tak mau wajahnya dilihat
siapapun. “jadi dia masih hidup? Apa dia tak meminta imbalan? Atau apakah dia
menggenalku” tanyaku lagi. “dia akan jelaskan semuanya setelah kau sadar usai
oprasi dengan surat. Dia sedang kritis sekarang. Dan dia iklas tanpa dibayar”.
Aku hanya diam, dalam hatiku senang namun binggung. Terkadang seperti kulihat
sepasang mata mengawasiku. Segeralah aku pulang.
Sore ini jam 7 malam aku telah
menceritakan semuanya pada Luna, perasaannya begitu campur aduk, namun akhirnya
dia memaafkanku setelah 4 jam. Kini aku sedang bertelepon dengannya, sedangkan
kakakku pergi untuk administrasi dll. Meskipun begitu aku masih bertanya-tanya
“siapa orang sebaik itu” yang rela berkorban demi aku. Namun hingga kini aku
mencoba memikirkan semua hal yang membahagiakan, kata orang itu membantu
oprasi. Surat-surat perpisahan yang pernah kusiapkan kini telah tersimpan rapih
dalam almari bukuku. Semoga memang benar aku tak perlu menggunakan surat itu.
jam 14.00
Saat ini aku sudah di rumah
sakit bersama Luna kak Imel & kak Kiki, saat ini kak Imel & kak Kiki
sedang mengurus surat oprasi sedangkan Luna membantuku bersiap-siap. “Ara aku
benar-benar gerogi ni” kataku pada Luna. “tenang Atha, I will always beside
you” kata Luna menenangkan. “tidak boleh! Kau harus sekolah dan harus
konsentrasi pada banyak hal lainnya” kataku agak geram. “ya akan ku lakukan,
otak, raga, dan jiwaku akan jauh darimu & akan sekolah dengan serius. Tapi
hatiku kan selalu bersamamu” jawab Luna tersenyum. “tapi di hari Minggu ini
biarkan aku seharian denganmu” lanjutnya. “baiklah Ara” kataku
Normal POV
“Luna keluarlah oprasinya akan
dimulai” kata kak Kiki. Lalu kak Imel memeluk Rendi sambil berbisik, sedangkan
kak Kiki hanya berbisik dan menjabat tangan Rendi. “baiklah kalau begitu oprasi
ini akan segera kami mulai, kami mengharap do`a dari kalian semua” kata dokter
sambil menutup pintu kamar. Luna begitu senang akan oprasi Rendi. Luna berdo`a
sampai lampu menunjukkan oprasi dimulai, lalu ia berkata “kak Imel apakah kakak
juga tak di beri tahu siapa pendoornya atau dimana dia?” tanyanya pada kak
Imel. “Sayangnya tidak Lun” jawabnya. “kak aku pamit, mau cari minum” kata Luna
kemudian. Kak Imel hanya mengangguk.
Di kantin RS. Banyak juga
suster yang sedang istirahat, saat ia membeli minuman ia mendengar “baik sekali
ya anak itu, meskipun ia juga berusaha tetap bertahan hidup. Tak disangka ia
justru menjadi pendonor” kata seorang suster. “tapi memang kemungkinan hidupnya
sangat rendah, mungkin ia takkan bisa bertahan setelah oprasi selesai” kata
seorang lainnya. “maaf apa suster sedang membicarakan pendonor Rendi?” Tanya
Luna. “meskipun benar tapi kamu tak boleh bilang” jawabnya. Lunapun berlalu.
Di Depan Kamar Rendi
“Luna mengapa mukamu muram?”
Tanya kak Kiki. “tadi di kantin ada yang membicarakan pendonor Rendi, tapi
mereka tak mau bicara” adunya. “ya sudahlah, apa nanti malam kau pulang tidak?”
katanya. “kurasa tidak, aku ingin menemani kak Imel” jawab Luna. “eh Luna sudah
kembali” ucap kak Imel. “iya kak, kakak dari kamar mandi ya” kata Luna. “iya,
Luna kamu bisa cari tahu pasien kamar ini. Ku dengar ini pendonor Rendi. Tapi
besok pagi saja” kata kak Imel. Luna pun menggangguk sambil menerima kertas
kecil bertuliskan “ruang VIP no. 03”.
“Luna, Imel, sorry ada jadwal
kuliah, besok gue balik pagi - pagi. Ok?” ucap kak Kiki. “yaudah Ki makasih”
jawab kak Imel. Luna hanya mengangguk. “kak, apa kakak tak pernah takut akan
hidup sendirian dulu?” Tanya Luna pada kak Imel. “pertama kali kakak tahu
penyakit Rendi, Rendi sudah berkata akan berusaha. Sebenarnya ia sangat takut
mati, sangat takut meninggalkanku. Tapi tekatnya membuatku malu memikirkan
hidupku kelak”jawab kak Imel. “kak Imel aku lebih dari mencintainya, aku
mengaguminya” kata Luna. “aku juga” tambah kak Imel.
Setelah 8 jam oprasi selesai,
namun Rendi butuh serangkaian perawatan. Apalagi dokter berkata mungkin 24 jam
lagi ia baru sadar. Namun satu hal yang sangat mengembirakan bahwa oprasi
berhasil dengan baik. Tentang sang pendonorpun masih misteri, dokter enggan
bicara, namun dokter berkata sang pendonor kini dalam masa kritis, bahkan entah
dapat bertahan atau tidak.
Minggu jam 06.00. Luna POV
Seusai kak Kiki datang, aku
menjalankan tugas dari kak Imel ruang VIP no. 03 tujuanku. Kak Imel kawatir
bahwa si pendonor adalah temanku, ia menyuruhku menyamar dengan jaket tebal,
topi dan kaca mata. Satu persatu kamar VIP kutelusuri, no 03 terlihat paling
sepi. Aku mengendap – endap masuk dan melihat gadis kecil membawa boneka
beruang. Aku bukannya tak kenal gadis itu. “Fayrica” gumamku pelan ingin
memastikan. “oh kak Luna, itu kakak. Kakak terlihat aneh dengan dandanan itu.
Hihi” ucapnya lugu. “jangan difikirkan, Fay apa ini kamar kakakmu?” tanyaku.
“iya dulu, tapi sekarang tidak. Kakak sudah tidak disini. Kami sekeluarga akan
pindah ke Amerika. Sangat mendadak karena bisnis papa” jawabnya. “benarkah, aku
sedang sibuk. Titip salam saja untuk Alvin” kataku.
“kak, bagaimana kak Alvin
menurut kakak?” tanyanya. “Alvin? Dia itu sangat baik, dia ramah, ceria,
bertanggung jawab. Dia sangat menyayangiku, dia juga selalu menjagaku. Tapi aku
hanya bisa menganggap ia kakak, tak lebih” kataku. “kak aku harus segera pergi,
ini alamat kami di Amerika. Mungkin kakak bisa berkunjung. Selamat tinggal”
ucap Fayrica seraya berlari. Akupun kembali ke tempat Rendi.
“kak Imel, aku rasa kakak
salah info. Kamar 03 itu kamar temanku yang baru keluar hari ini” kataku pada
kak Imel. “benarkah..? yasudahlah pasti kita akan tahu suatu hari nanti”ujar
kak Imel. “kak Kiki, apa ibu tidak datang?” tanyaku. “tidak Lun, mereka akan
datang nanti sore” jawab kak Kiki sambil memainkan ponselnya. “sudah agak siang
begini apa Rendi belum datang?” tanyaku. “belum Lun, dokter saja masih berjaga
di dalam” jawab kak Imel.
Clakk.. (pintu dibuka)
“dokter bagaimana?” Tanya kak
Imel. “sekarang Rendi sudah sadar, kondisinya masih beum pulih benar. Tapi ia
makin membaik. Kalau ingin menjenguk juga sekarang bisa” terang dokter sambil tersenyum
gembira. Aku, Kak Imel dan kak Kiki segera masuk. “kakak, Luna, kak Kiki.. apa
yang terjasi kak?” Tanya Rendi dengan wajah yang masih pucat. “Rendi, oprasimu
berhasil… kamu akan sembuh total!” kata kak Imel sambil menitihkan air mata.
“Ren, kamu membaik dengan cepat, tak lama lagi kamu boleh pulang. Kamu hebat,
sangat hebat” kata kak Kiki. Aku tak mampu berkata apa-apa aku terus menggengam
tangan dinginnya. “kakak, siapa pendonorku?” Tanya Rendi tiba-tiba. “biar aku
tanyakan ke dokter dengan kakakmu” kata kak Kiki.
“Luna, sebelum aku siuman aku
bertemu seseorang, dia memberiku sebuah kertas putih pucat bertulis “terima
kasih” lalu berlari dan menghiang. Ditempat dia menghilang aku melihatmu datang
diantar seorang perempuan berambut coklat. Kau berlari ke arahku dan aku
terbangun. Saat sadar aku seperti mengenalnya meski melihatnya hanya dari
belakang. Tapi aku lupa.” Jelasnya padaku. “mungkin dia orang yang berhutang
budi padamu, atau kau telah membuatnya sangat bahagia. Tapi mungkin juga itu
mimpi biasa” kataku. “tapi aku bersyukur melihatmu nyata. Bukan ilusi. Aku
ingin waktu berhenti saat ini” katanya. Dan aku hanya tertawa mengejek
tingkahnya.
“Ren, aku rasa kau benar,
Alvin memang sakit, kemarin dia dirawat di RS ini juga” kataku mulai bicara. Kulihat
raut muka Rendi agak kaget tapi kemudian ia berkata “benarkah, apa kau sudah
mengunjunginya?”. Aku menggelengkan kepala dan berkata “hari ini ia sudah
berangkat ke AS bersama seluruh keluarganya”. “benarkah mendadak sekali. Luna
besok hari Senin kan, kau harus istirahat dan belajar” katanya. “saat ibu
menjenguk nanti, beliau akan membawa perlengkapan sekolahku besok, dan kakak
yang akan mengantarku ke sekolah” jawabku. “Luna bawa aku ke ruang dokter Davit
dengan kursi roda itu, tapi pamitlah pada kakak kalau kita mencari udara segar
ya, kau mau kan?” pintanya. “baiklah, baiklah aku akan menelpon kak Imel”
ucapku.
Normal POV
“Rendi, apa yang akan kau
lakukan?” Tanya Luna. “Dokter Davit adalah dokter si pendonor misterius, kalau
bertanya pada Dokter Iksan aku yakin ia akan diam saja. Dokter Davit pernah
bilang kalau ia akan memberiku surat dari pendonor misterius” jelas Rendi.
“ternyata begitu, aku jadi semakin penasaran” kata Luna.
“dokter Davit, boleh aku
masuk, aku Rendi” ucap rendi di depan pintu. “silahkan Ren” jawabnya. “dokter,
aku ingin menagih janji, dokter bilang ada surat dari pendonor itu untukku”
kata Rendi to the point. “ternyata kau masih ingat, aku berharap kau lupa dan
terus berdo`a untuk pendonormu. Huft… baru beberapa hari saja dia berubah, anak
itu membuka matanya dan sangat takjup dengan apa yang bisa dilihatnya. Dia
pasti sangat senang melihatmu sumbuh” katanya denggan nada pasrah. “dokter aku
tidak mengerti apa yang kau ucapkan” kata Rendi geram. “Ren, tenanglah” ucap
Luna.”maaf bicaraku berbelit-belit ya..? maafkan aku. Ini suratnya, setelah ini
jangan pernah cari aku untuk menanyakannya”ucap dokter Davit. Usai mengambil
surat itu Rendi keluar dengan raut muka masam, Rendi mengajak Luna ke taman
belakang rumah sakit.
“Rendi, tersenyumlah. Liat
mukamu seperti kakek umur 70an.. haha! Biar kubacakan surat itu” bujuk Luna.
Rendi pun menyerahkan surat itu.
Jum`at 12 Oktober 2005,
pukul 08.00, RS Berlian
ini
pertama kalinya aku merasa sangat berguna untuk orang lain, sebelumnya tak
pernah ku berikan sesuatu yang berharga untuk orang lain. Bahkan juga aku tak
sempat member apapun pada orang yang kucintai. Sebenanya aku tak pernah meminta
terima kasih darimu, karena justru akulah yang ingin berterima kasih. Kalau kau
ingin tahu siapa aku, kurasa tak perlu. Tapi aku ingin kau tahu satu nama
“Natasya Ella Pertiwi” atau Ella. Dialah orang yang telah merubah hidupku
dengan cara yang sangat singkat, tapi juga sangat berhasil. Bila ingin
berterima kasih, bila ingin berdo`a untuk apa yang telah kuberikan padamu.
Gantilah namaku yang tak kau ketahui dengan namanya, nama Tasya.
Seorang
anak yang telah
Menemukan
arti hidupnya
NVA
<3 PEN
“luar biasa misterius, huft...
ini akan jadi sulit untuk diteruskan. Tapi bukan berarti aku tak mau
menyelidiki ini Ren” kata Luna. “iya aku tahu, kita akan teruskan ini. Tapi
tidak sekarang 1 bulan lagi, setelah aku sembuh dan setelah ujian. Ayo kita cari
diam-diam” kata Rendi. “apakah kau telah puas dengan surat ini? Atau
jangan-jangan kau kenal Ella?!” Tanya Luna. “puas? Tidak, tapi aku senang
dengan sifat orang ini. Dan tentang Tasya aku juga tidak mengenalnya. Kau
jangan jealous begitu, liat mukamu lucu” goda Rendi. “ah.. sudahlah aku tidak
peduli, ayo kita kembali” ucap Luna ketus sambil mendorong kursi roda Rendi.
Sedangkan Rendi terus menahan tawa.
Di lorong mereka bertemu orang
tua Luna dan beberapa teman yang menjenguk. Merekapun kembali bersama-sama.
“astaga, kenapa baru tadi pagi ada yang memberitahuku ya..?” omel Farel. “iya,
siapa yang bertanggung jawab?” tambah Sandra. “udahlah guys, kami bawa
oleh-oleh” kata Lia bergantian dengan Citra. “makasih kalian semua, om sama
tante juga makasih udah dateng” kata Rendi. “sama-sama Ren, kami memang pengen
dateng kok” jawab Ibu Luna. “oh ya, uda pada tahu belom, Alvin pindah ke AS?”
Tanya Rakka. “udah kok, kami udah tahu” jawab Luna.
“kapan kiranya kamu bisa
pulang?” Tanya ayah Luna. “menurut perkiraan dokter minimal 1 minggu lagi, dan
syukurlah itu berarti aku bisa ikut ujian” jawab Rendi. “wah.. Ren kalau begitu
gimana kalau tiap hari kita mampir buat belajar bareng di sini!” usul Rakka.
“boleh juga tuch, kita sepatu!” kata Farel. “hah..?? sepatu..?? maksudnya?”
Tanya Lia. “iya sepatu, sepakat setuju” jawab Farel. “ada-ada aja lu Rel”
kata Rendi. “ohh.. yaiyalah Farel, tak ada duanya ni” katanya sambil menunjuk
diri sendiri.
Skip time
Kegembiraan diantara mereka
semakin indah tiap harinya, dan kepergian Alvin jadi tak terasa. Sebaliknya
justru mereka tak menyadari kemisteriusan dan mendadaknya kepergian Alvin,
padahal sampai detik ini pun tak ada kabar sama sekali darinya. Hanya terkadang
Rendi ingat terakhir kali ia bertemu Alvin. Bahkan kini setelah ujian selesai
yang teringat oleh Luna hanya si pendonor misterius.
Hari ini tepat 1 bulan, kini
Rendi dan Luna sedang ada di RS berlian untuk mencari Tasya. “Permisi sus, kami
ingin tahu apakah ada pasien bernama Natasya Ella Pertiwi, kami hendak
menjenguknya” Tanya Rendi. “tunggu sebentar akan kami periksa” jawabnya. “kapan
kalian mendengarnya sakit, ia meninggal di RS ini sekitar 1 bulanan lalu. Tapi
yang ku dengar ia disemayamkan di TPU Sekar Putih” kata suster tersebut.
“terima kasih, kami akan pergi kesana” jawab Luna. “ini semakin membingungkan”
kata Luna seraya keluar dari RS. “menurutku kita harus mencari alamat keluarga Ella,
si pendonor pastilah teman baik Ella” ujar Rendi. “Tanya saja pada suster tadi”
kata Luna. “apa kau lupa, kita tadi mengaku sebagai teman Tasya, logikanya mana
mungkin kita tak tahu rumahnya” jelas Rendi. “oh astaga aku lupa” jawab Luna
sambil menepuk dahinya.
TPU Sekar Putih
“apa kita akan menggelilingi
TPU ini” Tanya Luna. “tentu tidak, itu kan makamnya” kata Rendi. Setelah sampai
mereka berdo`a di sana. Ternyata orang tua Ella, dan mereka mengizinkan Luna
dan Rendi berkunjung ke rumah Ella.
apa yang akan terjadi di rumah Ella, dan
siapa si pendonor misterius, nantikan With You Always 5…
bakal Lanjooot…