Rabu, 19 Desember 2012

info

maaf ya para pembaca blog Dream Of Fajar untuk sementara waktu update akan macet. masalahnya laptop Fajar lagi rusak parah ini, nggak tahu sampai kapan..
maaf banget..
sampai jumpa

Rabu, 14 November 2012


Lirik Noah Hidup Untukmu, Mati Tanpamu

Begitu banyak hal yang ku alami, yang ku temui
Saat bersamamu ku rasa senang, ku rasa sedih
Air mata ini menyadarkanku
Kau takkan pernah jadi milikku
Air mata ini menyadarkanku
Kau takkan pernah menjadi milikku
Tak pernah ku mengerti aku segila ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Tak pernah ku sadari aku sebodoh ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Air mata ini menyadarkanku oooh
Kau takkan pernah menjadi milikku ooo
Tak pernah ku mengerti aku segila ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Tak pernah ku sadari aku sebodoh ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu

lirik faforit


Lirik Tangga Cinta Tak Mungkin Berhenti

Tak ada kisah tentang cinta
Yang bisa terhindar dari air mata
Namun ku coba menerima, hatiku membuka
Siap untuk terluka
Cinta tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu sehingga hidupku pun berarti
Cinta tak mudah berganti, tak mudah berganti jadi benci
Walau kini aku harus pergi tuk sembuhkan hati
Walau seharusnya bisa saja dulu aku menghindar
Dari pahitnya cinta
Namun ku pilih begini, biar ku terima
Sakit demi jalani cinta (cinta)
Cinta tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu sehingga (sehingga) hidupku (hidupku) pun berarti
Cinta tak mudah berganti, tak mudah berganti jadi benci
Walau kini aku harus pergi tuk sembuhkan hati
Hanya kamu yang bisa (…)
Bisa membuatku rela (rela menjalani segalanya)
Rela menangis karenamu (ku rela ku rela …)
Cinta tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati
Jatuhkan hatiku kepadamu sehingga hidupku pun berarti
Cinta tak mudah berganti (cinta tak mungkin berhenti)
Tak mudah berganti jadi benci (tak mudah untuk berganti)
Walau kini aku harus pergi tuk sembuhkan hati
Biar ku pergi sembuhkan hati

lirik faforit

Yovie & Nuno Galau 

(OST Negeri 5 Menara)

Tahukah hatiku galau
Tak tahu harus melangkah
Sejak pertama mata jatuh menatap
Hatiku tak pernah dusta

Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku

Mencoba lupakan keinginan hati
Namun tak ingin ku menyerah
Tapi mengapa bila ku mendekat
Rasanya semakin jauh

Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku

Ternyata ku hanya bisa ooo
Menggapaimu di mimpiku

Namun kenyataannya parah
Dirimu (dirimu) tak pernah untukku

(bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu) dirimu (tak pernah untukku)

Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku
Dirimu tak pernah untukku

Sabtu, 20 Oktober 2012

puisi - cahaya



Cahaya
BY: Reza D. Fajar
Lilin-lilin kecil ini
Mampu terangi kelam sunyi
Bintang yang terang itu
Hangatkan malam sendu
Kulihat seberkas cahaya
Yang kurasa begitu indah
Sepertinya engkaulah asalnya
Dan kupikir inilah cinta
Sirna semua rasa takut
Hilang semua rasa benci
Sedih berganti bahagia
Yang larut dalam melodi indah
Cahaya ini…
Mungkinkah nanti kan redup
Mungkinkah cinta kan hilang
Kuharap jangan pernah..
SELAMANYA…
Pesan: dalam hidup cahaya yang meneranggi adalah CINTA.
Maka cintailah semua orang dengan tulus

Minggu, 12 Agustus 2012

With You Always Ending

Hari demi hari dilewati dengan bahagia baik Rendi atau Luna, dimanapun jua hanya ada canda tawa, terkadang pendonor misterius pun terlupa sesaat. Meski sempat Luna ingin menghentikan pencarian. Tapi Rendi begitu bertekat bulat. Yang benar-benar terlupa tentu Alvin, tanpa kabar jauh pula batin Luna.
Ujian yang telah berlalu membanggakan mereka, dapat se-kampus pun sudah di depan mata. Begitu bahagia mereka dengan masa depan yang cerah ini. Cita-cita untuk menjadi penyanyipun sudah bulat difikir.
Pagi itu..
Telefon Luna membangunkannya, ia menguap perlahan sambil menjawab pangilan dari Rendi. “pagi Atha..” sapanya setengah tertidur. “hehe, sory bangunin pagi gini, Cuma.. ini tangalnya 3 tahun yang kita janjikan di bukit sahabat. Inget kan??” kata Rendi semangat. Sontak Luna melihat kalender besarnya, tanda bulat dengan tulisan biru mengagetkannya. “astaga, apa yang akan kita lakukan?” tanyanya. “aku berencana menghias tempat itu, gimana jam 8?” ucap Rendi. “iya jam 8, bye Atha” salam Luna. “bye Ara” dan sambungan telefon ditutup.
Luna segera bersiap-siap, jam 7.45 ia selesai sarapan dan mengambil tas jinjing abu-abunya. Ia membersikan isinya dan menemukan surat. Surat yang diberikan si pendonor misterius dulu. Ia membacanya lagi dan menemukan jawaban kecil. “hey Ara, aku Rendi” suara Rendi dibalik pintu. Luna membuka pintu kamarnya.
“Atha, aku ini bodoh ya..? bari detik ini aku tahu kalau singkatan nama PEN di surat ini, namanya Tasya” katanya sambil menunjukkan surat itu. “lho gimana bisa?” Tanya Rendi. “Dibalik Atha NEP jadi PEN” jelas Luna. Rendi sedikit terkejut “si pendonor berarti AVN. Siapa?” tanyanya. “entahlah aku belum nmenebak” ucap Luna. “sudahlah Lun persahabatan kita harus didahulukan di banding aku. Ayo ke bukit sahabat” ajaknya.
Di bukit sahabat, 8.30
“hmm.. syukurlah bukit ini persis dengan yang dulu. Tak ada yang berubah..” gumam Luna. “tak ada ?!” koreksi Rendi. “ya, memang semak belukar dan rumput liar sedikit mengganggu. Tapi bukankah untuk itu kita disini, membersikan dan menghias tempat ini” jawab Luna. Tak terasa berjam-jam berlalu hingga tempat itu kembali bersih.
“huft… sudah cukup setengah 12 waktunya istirahat makan” ajak Rendi. “iya kebetulan aku bawah sandwicth, ayo makan!” kata Luna bersemangat. “setelah ini kita tinggal menghias tempat ini” kata Rendi sambil mengambil jatah sandwicthnya. “iya semuanya sudah siap kan Atha?” Tanya Luna. “tenang saja tak rugi deh punya pacar Rendi Agatha Putra” kata Rendi PD.
“eh.. udah jam 12.15 ni, yuk pasang hiasanya” kata Rendi. Merekapun kembali bekerja, mulai dari memasang lentera, menghias kursi, lampu- lampu kecil dan banyak lagi. Tak lama merekapun selesai. “akhirnya selesai, hampir jam 3 nich” kata Rendi. “iya, hampir jam 3, tapi kenapa mereka belum datang?” Tanya Luna. “banyak hal yang dapat membuatmu terlambat, mereka pasti datang” kata Rendi percaya.
“ Ara, masih inget betapa seriusnya aku buat janji sahabat 3 tahun lalu?” Tanya Rendi tiba-tiba. “iya inget banget, seneng banget tiap inget itu. Inspirasi aku buat bikin 5 lagu sampai sekarang” jawabnya. “aku takut banget, sebagai laki-laki aku takut gak bisa tepatin janji. Alasan ke-2 aku yang juga kamu tahu, dan dengan tingkat kesembuhan yang cuma beberapa persen itu. Tapi teryata aku dapat kesempatan untuk selalu bersama kamu..” ucapnya lesu. Luna tersenyum dengan tatapan bahagia ke Rendi.
“Rendi! Luna!” teriak Farel darri balik pohon sambil berlari bersama Sandra. “kukira kami yang pertama, ternyata salah dan waw..! kalian yang menghias tempat ini?” kata Sandra. “begitulah, ada 3 toples kunang-kunang yang sudah kulepaskan bersama makanannya, malam nanti pasti indah. Karena tamu kita yg sebenarnya kan Neza dan Zara” ungkap Rendi. “kami juga sudah membuat kejutan, gelang persahabatan ini kami sendiri yang ukir nama kalian” kata Sandra sambil meberi gelang buatanya.
“ apa kami terlambat?” Tanya Zara mengejuktan mereka. “astaga kalian sudah datang, apa kabar kalian. Ini gelang untuk kalian” sapa Sandra. “wah makasih ya.. kami juga bawah oleh-oleh dari Surabaya” kata Neza. Dan merekapun larut dalam pembicaraan hingga larut. Para kunang-kunang mulai bermunculan dari balik pohon, lampu-lampu dan lentera pun dinyalakan. Semua begitu membahagiakan saat itu.
Pukul 20.00
“Waktunya pulang nich, entar kemaleman lagi” kata Rendi. “iya-iya lagian kita kan bakal satu sekolah mulai minggu depan” kata Sandra. “bener juga sih, gak nyangka kalian gak ada yang berubah” ujar Neza memeluk teman-temannya.
“Ara, mau ikut aku mengunjunggi pemakaman mama sama papa ngak besok? Soalnya kak Imel lagi sibuk” Tanya Rendi sambil membawa motor perlahan. “dengan senang hati” ucap Luna tersenyum. “oke dech jam 9 ya, kesiangan ntar panas” kata Rendi. “aku mah terserah aja. Bye Atha” kata Luna sambil turun dari motor karena udah sampai. “bye Ara, have a nice dream about me” ujarnya PD.
Esok harinya
Luna dan Rendi berdo`a untuk kedua orang tua Rendi, setelah usai Luna meletakkan bunga lili putih yang Ia bawa.
“waktunya pulang” kata Rendi.
“iya, baiklah memang sudah waktunya pulang” jawabnya.
“lho itu bukannya fayrica?!” Tanya Luna keheranan
“fayrica? Fayrica siapa” jawabnya.
“Fayrica itu adiknya Alvin. Aku tidak akan salah mengenali, itu Fayrica” katanya sambil menunjuk gadis kecil yang sedang terduduk menangis di depan 2 makam.
“Fayrica! Hey..” lanjutnya sambil melambaikan tangan.
Gadis itu menoleh tapi kemudian ia berlari dangat cepat. Hingga baik Rendi atau Luna kehilangan jejaknya.

Luna pergi menarik Rendi ke makam yang tadi dikunjunggi Fayrica. Detik itu juga tubuh Luna terjatuh ke tanah, air matanya menggalir membasahi pipinya, ia benar-benar terkejut bahkan shock.
Rendi datang dari belakangnya dengan ekspresi yang sama.

“ini nggak mungkin! Nggak mungkin!!” kata Rendi keras.
“katakan ini bukan nama Alvin yang kukenal!” lanjutnya tak percaya.
“ini dia Ren, Alvin Vito Nandictha dia Alvin” kata Luna sambil terisak.

Tangan Rendi menggengam kuat, ia tak kuasa menahan air matanya. Perlahan ia menggingat bagaimana saat pertemuannya dengan Alvin dan hingga saat ini, saat ia akhirnya tahu identitas si pendonor si NVA orang yang selama ini juga menyukai Luna. Namun hanya tinggal nama. Perlahan setelah inggatannya memudar tentang masa lalu dan kembali ke waktu ini, amarahnya menurun.

“biar kuluruskan, Alvin si pendonor itu bukannya pindah tapi ia disini, bersama dengan Tasya” katanya melihat nisan bertulis nama Tasya.
“inilah kenyatannya, tapi Ren biar hanya kita yang tahu seperti apa yang telah Alvin minta” kata Luna mengiyakan.
“kita harus hidup bahagia, bersama dengan sahabat kita, mengarunggi hari, menggapai mimpi, Kita akan bersama selalu, selamanya”
Luna menggangguk.
Dari kejauhan Fayrica sedang melihat mereka, Fayrica nampak senang keingginan kakaknya akhirnya dapat terpenuhi. Perlahan ia pergi meninggalkan tepat itu.

2 tahun kemudian
“bagaimana perasaan kalian menjadi band termuda yang memenangkan penghargaan music ini?”
“jelas kami sangat bangga, sebenarnya ini memang mimpi kami tapi kami tak menyangka membawa trophy ini di tahun ini” jawabnya
“sejak 2 tahun lalu Future Band karirnya begitu melesat apa sich yang jadi penyebabnya?”
“band ini terbentuk karena persahabatan, jadi enjoy itu salah satu kunci kekompakan kami. Habis mau gimana lagi kami udah lama sejak kecil bersahabat. Pokoknya enjoy dech!”
“banyak band yang katanya melarang hubungan di dalam bandnya, menurut kalian?”
“inilah kami begitu banyak hal yang terjadi sebelum band ini terbentuk, begitu berat, kalau hanya masalah hubungan menurut kami nggak akan jadi masalah”
“okey kalau begitu pemirsa mari kita sambut Remdi, Luna, Farel, Sandra, Neza, dan Zara The Future Band!!”

Selamanya kami akan bahagia, kita adalah sahabat, menggarunggi hari, meraih mimpi. Kita akan bersama selalu, selamanya. Di bukit sahabat ini kita menggucap janji bersahabatan 15 tahun lalu, dan hingga sekarang kita mengginjakkan kaki di sini kita tetap sahabat.

TAMAT

Minggu, 29 Juli 2012


buat yang suka accesoris bisa beli disini.
murah kok per huruf cuma Rp.1000, bebas pilih
-gantungan ponsel
-gantungan kunci
- buat tempelan tanpa gantungan
bebas pilih warna
-warna huruf
-warna dasaran huruf
-warna dasar
Terus kalau pengen tambahan tinggal ngomong aja,
pengen beli? gampang tinggal coment aja nanti kukasih rekeningnya..

Jumat, 27 Juli 2012

puisi

Bunga Sakura
Karya : Reza D. Fajar
Semua orang kan bahagia
Saat April telah tiba
Menikmati hari di luar rumah
Berjalan di bawah pohon sakura
Satu demi satu kelopak berguguran
Menjadi momen tak terlupakan
Senda gurau, canda dan tawa
Berlari, menari , bermain bersama
Tapi apa yang terjadi…
Setelah kelopak tlah di atas tanah
Adakah yang akan mengambilnya?
Sayangnya tidak , semua dilupakan
Kelopak itu ditinggalkan selamanya
Itulah kerasnya kehidupan ini
Semangatlah yang dapat merubah
Karena saat di atas bagai raja
Namun di bawah bagai pengemis

Pesan: hidup tak selamanya indah. Bagaikan roda kadang diatas kadang di bawah.

Rabu, 27 Juni 2012

lirik faforit

Marry You

by: Bruno Mars

it's a beautiful night,
we're looking for something dumb to do.
hey baby,
i think i wanna marry you.

is it the look in your eyes,
or is it this dancing juice?
who cares baby,
i think i wanna marry you.

well i know this little chapel on the boulevard we can go,
no one will know,
come on girl.
who cares if we're trashed got a pocket full of cash we can blow,
shots of patron,
and it's on girl.

don't say no, no, no, no-no;
just say yeah, yeah, yeah, yeah-yeah;
and we'll go, go, go, go-go.
if you're ready, like i'm ready.

cause it's a beautiful night,
we're looking for something dumb to do.
hey baby,
i think i wanna marry you.

is it the look in your eyes,
or is it this dancing juice?
who cares baby,
i think i wanna marry you.

i'll go get a ring let the choir bells sing like oooh,
so whatcha wanna do?
let's just run girl.

if we wake up and you wanna break up that's cool.
no, i won't blame you;
it was fun girl.

don't say no, no, no, no-no;
just say yeah, yeah, yeah, yeah-yeah;
and we'll go, go, go, go-go.
if you're ready, like i'm ready.

cause it's a beautiful night,
we're looking for something dumb to do.
hey baby,
i think i wanna marry you.

is it the look in your eyes,
or is it this dancing juice?
who cares baby,
i think i wanna marry you.

just say i do,
tell me right now baby,
tell me right now baby, baby. [x2]

cause it's a beautiful night,
we're looking for something dumb to do.
hey baby,
i think i wanna marry you.

is it the look in your eyes,
or is it this dancing juice?
who cares baby,
i think i wanna marry you.

info

alhamdulillah naik kelas dua Smp dapat peringkat 2 terima kasih do`a dari teman-teman semua.
buat story aku bakal cepet update selama 2 bulan ini karena jadwal ga full.
tolong masukan ya buat kedepannya..
aku tambah animasi shugo chara, pengenya sich Miki tapi ga da kalau punya tolong kasih tahu ya..
yang mau request story juga boleh yang jelah saya minta partisipasinya..

terima kasih, Reza Fajar 

Jumat, 08 Juni 2012

Info

huft...
harus absen buat update story nich..
UKK..UKK bentar lagi kelas 2 SMP..
semua minta do`a ya, biar naik kelas dengan nilai yang baik..
buat yang ngasih do`a, aku do`a in juga biar semua mimpinya terwujud..
in the road to reach my goal of life..
Thank You All..

Rabu, 23 Mei 2012

Secret Hunter

Secret Hunter

            Angin berhembus kencang, saat ini aku sedang berdo`a di makam orang tuaku dengan Jae Joong kakakku. “ JJ, aku selesai, ayo kembali” ajakku. “kalau mau masih ada waktu 1 menit untuk berlama-lama di sini” katanya. Aku hanya berjalan ke mobil sebagai jawaban “tak lucu”. Mobil biru tua kakakku melesat melewati jalan sepi dan menerbangkan daun-daun kering di musim gugur ini. Sekejap kami telah sampai, di tempat yang jadi rumah ke duaku ini. Disinilah aku home schooling, teman-temanku adalah agen rahasia, beberapa FBI, paspampres, professor, shooting, dan banyak lagi. “hey, Jae Shik lihat game buatanku ini” kata orang ke-2 termuda di sini setelah aku, ahli computer Jang Hae Min. “kelihatanya bagus, bagaimana cara mainnya?” tanyaku antusias. Dan inilah kehidupanku sebagai SECRET HUNTER.
“kalian jangan main terus, ayo latian menembak lagi” ajak lady meirrin. “aku sedang bertugas lady” jawab Hae Min, “dan ini bukan jadwal latihanku” tambahku. Lady meirrin tak menjawab dan pergi ke tempat lat.tembak. “kalian mau jus” kata kak Shin Jung. “tentu” jawabku. “Jae Shik, kakakmu mana?” tanyanya. “kakak sedang latihan Tembak” jawabku. “baiklah kalau begitu, sampai jumpa” kata kak Shin Jung. Aku hanya melambaikan tangan.
“perhatian, tim Rose akan segera sampai” suara kapten Jang mendenggung di semua ruang, kami segera menempati posisi. Kali ini tugasku hanya memastikan keamanan, komandan memang sering melarangku diberi tugas lapangan, dia selalu bilang “kau masih kecil”. Akupun mulai bekerja, “lotus pada rose, lotus pada rose kirimkan signal kalian”. “baik” jawab mereka, tak lama signal mereka sampai di komputerku. “masih ada 3 orang penyusup” kataku pada tim rose dan ke dua kaptenku. “kami kekurangan senjata” kata salah seorang tim rose.
“Jae Joong, Shin Jung bantu mereka” kata kapten Han pada kami. Tepat 15 menit bantuan pergi, radarku tak melihat penyusup lagi. “okey, kapten kita berhasil!!” kataku keras. 10 menit berikutnya mereka sampai di markas. Kami melanjutkan aktivitas hingga waktunya pulang. Sekarang jam Sembilan malam. Mobil kakakku melesat kencang ke rumah yang sepi dan gelap, tentu saja lampunya belum dinyalakan.
“hey jangan sentuh aku!!” teriak seseorang. “kau saja” kata kakakku lembut, aku mengerti maksudnya. Aku segera turun dari mobil dan berlari ke balkon. Benar saja 3 orang preman berbadan besar sedang mengikat nona muda, dan 2 yang lain sedang menggoda nona itu. “seenaknya saja kalian masuk ke rumah orang dan berbuat kotor” kataku sambil berjalan mendekat. “hey gadis kecil, kalau kau mau, tunggu sampai kami selesai dengan nona ini atau sekarang juga boleh” kata salah satu dari mereka. “hmm… kita dapat 2 hari ini” kata seorang lagi. “2 tinju,2 tendang. Akan kupastikan” kataku. “gadis kecil pergilah, selamatkan dirimu” kata nona muda itu. Lalu terdenganr “huaa.. daak.. prangg.. teng.. dess.. prakk.. aww..” dan terakhir “meaww..”. “kucing liar” kataku.
Aku melepaskan nona itu, lalu memberinya makan dan ia mulai bercerita. “namaku Park Na Ree, aku baru sampai dari New York saat mereka menangkapku di pintu bandara, lalu mereka membawaku ke sini sampai kau datang. Siapa namamu? Dan siapa pria yang masuk tadi?” katanya. “aku Kim Jae Shik, tadi kakakku Kim Jae Joong. Dia pasti sedang mandi” jawabku.
Dia bercerita hingga larut malam tentang perusahaan ayahnya Park Kang Min, dan dia yang akan menjadi pewaris perusahaan. Jam sepuluh lebih tiga puluh menit, dia baru berpamitan pulang. Kakakku menyuruhku segera tidur karena besok tak libur. “sial. Aku lelah meladeni nona itu” keluhku. “kakak!!! Gunakan lampu otomatis pada rumah kita!!” teriakku pada kakak. “nanti saja, kalau kakak ingat” jawab kakakku seadanya.
Jum`at, pukul 5.00
“hei cepat sedikit makanya, komandan pasti melarangmu tugas lapangan lagi” perintah kakakku. “memangnya kapan komandan menyuruhku tugas lapangan, yang kuingat cuma menangkap perampok. Aku selesai, ayo berangkat” jawabku.
“5.20 kita tidak terlambat” kataku antusias. “Jae Joong, Jae Shik ayo cepat masuk, tugas dini hari” sapa kak Shin Jung sambil menarikku. “ada apa kak” tanyaku. “demo besar akan terjadi di kantor presiden, meskipun presiden tidak di tempat tapi mereka akan menyerang wapres. Komandan bilang akan ada rencana peledakan gedung. Kita akan menyamar.” Jelas kak Shin Jung. “tunggu dulu, kita?? Aku tugas lapangan” tanyaku tak percaya. “tentu saja, ayo lekas kemasi alat-alat dan berangkat” katanya semangat.
“okey, tim rose, JJ. Kalian siap” kata kapten Han Jung In pada kami. “siap” jawabku mewakili. “okey kalian bawa 2 mobil, Shin Jung, Jae Shik bawa mobil S2AD. Kalian sebagai pendemo, Jae Joong kau jadi paspampres” kata kapten Jang tegas. “mengerti!!” dan kamipun segera berangkat.
Sesampainya di sana para pendemo telah berkumpul, aku dan SJ pun mulai bergaul dengan mereka, sayangnya kami tak menemukan rencana rahasia, kebanyakan hanya ingin hak mereka dipenuhi tanpa perlu melukai siapapun. Tak lama kemudian seorang pendemo mulai berteriak. Dengan cekatan kami mengawasi gerak-gerik para pendemo. Tak ada yang mencurigakan hingga 1 jam ini, hingga seorang pendemo terlihat mengendap-endap pergi. Aku menggikutinya dengan hati-hati, pria itu memasuki mobil dan mengambil kardus dari sana. “JS pada lotus, coba lihat kandungan benda-benda di sekitarku” laporku pada Hae Min. “arah jam 3, kandungan pembuat bom. Atasi dia!” jawabnya.
Mendengar itu aku segera menyergapnya, bukanya melawan dia tersenyum padaku. Namun akhirnya dia melawan, kami bertarung cukup lama. Ku akui dia karatendo yang hebat. Aku sempat meresa aneh karena ia sama sekali tak bicara. Mataku jeli melihat topi hitamnya yang bertulis “paspampres”, dalam hati aku bertanya apa dia benci paspampres. Namun tiba-tiba ia berlari, “hey.. berhenti kau teroris” teriakku. Ternyata di balik tembok agen SJ telah menunggu. Pria itu tetap tenang dan tanpa ekspresi menggeluarkan tombol kecil, dan dia melemparnya ke tanah “diarrrr….”ledakanya tak besar namun asapnya pekat. Sadarlah aku telah terjebak. Aku menariknya yang berlari dari balik pohon menuju mobil, namun yang kudapat hanya sapu tangan hitam.
Aku dan SJ kembali ke markas, sedangkan JJ tetap berjaga di lokasi. Aku begitu terkejut melihat komandan di depan komputerku, komandan sangat jarang berada di markas. “agen JS dan SJ kalian berhasil mengamankan gedung presiden, apa ada lagi yang kalian temukan?” katanya. “komandan, aku gagal menangkapnya, tapi aku menemukan ini” kataku sambil menyerahkan sapu tangan itu, ada lambang “G” di pojoknya. “huh… sudah 10 tahun ya.. sudah dimulai” kata beliau sambil menghela nafas. “apa yang dimulai” Tanya kak Shin Jung. “akan kuberi tahu bila saatnya tiba. Sekarang tarik JJ ke markas, aku yakin tak ada yang akan terjadi” jawabnya pasti.
Orang sebaik komandan yang merawatku sejak orang tuaku tiada 10 tahun yang  lalu, apa yang ia fikirkan hingga menghela nafas seperti itu? Tanyaku dalam hati, namun mengenang 10 tahun yang lalu membuatku ingat ia sempat membahasnya membuatku agak takut mencarinya, ku pikir apa yang ditutupi komandan pasti memang tak seharusnya ku cari tahu.
Normal POV:
“perhatian semuanya, hari ini hari istimewa, komandan berbaik hati mentraktir kita semua!!” ucap kapten Han pada mic. Suara sorak senang terdengar ramai, mobil- mobil kami satu persatu meninggalkan markas.
Setelah sampai meja di penuhi oleh makanan dan minuman. Jae Shik memilih mengambil sekaleng soft drink dan pergi mencari udara segar di balkon lantai 2. “bintang malam ini banyak sekali. Ah itu rasi bintang Leo, indahnya” gumam Jae Shik. Tak terasa 2 jam lebih Jae Shik memandang bintang. (sebenarnya kebiasaan memandang bintang dan langit berjam-jam itu kebiasaan penulis hehe:D) ponsel Jae Shik berbunyi. Pesan singkat berisi “ku tunggu di mobil” membuatnya bergegas.
Di rumah:
“kakak kita dapat hadiah!” Kata Jae Shik sambil mengangkat kotak di depan pintu. “ada suratnya. Biar aku baca. Untuk Jae Shik dan kakaknya Jae Joong, aku member kalian sedikit hadiah sebagai tanda terimah kasih. Sebenarnya aku ingin memberinya secara langsung melalui surat seperti ini tidak sopan buatku, tapi aku sudah menunggu selama 2jam dan kalian belum pulang. Oh ya besok tolong telpon aku di nomer ini 08**********. Park Na Ree” bacanya.
“kak aku akan pergi ke kamar untuk membuka hadiahku” ucap Jae Shik. “Jae Shik, ku rasa kau salah mengartikan hadiah itu. Na Ree berbeda dengan Shin Jung, aku yakin kau takkan suka hadiah itu” kata Jae Joong mengingatkan. Namun Jae shik malah memasang muka sebal, ia berlari ke kamarnya. Satu menit kemudian. “iii waww, apa`an nich?” kata jae Shik keluar kamar sambil membawa bando pink berbagai model. “hwahahaha…” tawa Jae Joong meledak. “percayalah pada kakak, kakak yakin dalam kado kakak isinya dasi. Karna penasaran Jae Shik membuka kado kakaknya, dan ternyata benar beberapa dasi bermotis lucu ada di dalamnya.
Esok paginya
“Jae Shik, apa yang kau lakukan?” Tanya Jae Joong dari dapur. “sedang menelpon kak Na Ree, meski aku takkan menggunakan hadiahnya, tapi aku harus berterima kasih” ucapnya.
“halo, kak Na Ree?” katanya mulai bicara. “iya, apa ini Jae Shik?” jawabnya. “iya kak, emm… kak aku mau berterima kasih untuk hadiahnya, maaf harus lewat telpon” kata Jae Shik. “Jae Shik, kau dan kakakmu datanglah untuk makan siang di rumahku hari ini! Alamatnya akan ku kirim lewat SMS” pintanya. “baiklah kak sampai jumpa” jawabnya.
~~END~~
Bagaimana kesan Jae bersaudara dengan rumah Park Na Ree dan semua hal di dalamnya, bakal lanjut.

Kamis, 17 Mei 2012

With You Always part 4


 With You Always 4


Alvin tersenyum puas dalam kamarnya. Berkali-kali ia menghela nafas sambil menghadap laptopnya, ratusan kata telah di ketiknya, sebagai anak yang menggemari teknologi Alvin bahkan memiliki softwhere buatannya sendiri, dan kini ia sedang menggunakannya. Meski Tasya tlah tiada, tapi bahkan ia lebih memilih Tasya di banding Luna, pujaan hatinya sendiri. Satu kata yang terucap darinya hanya “Rendi, lihat saja apa yang akan terjadi! Kau akan terkejut”
Pada malam harinya terdengar adu pendapat dari kamar Alvin, baik Alvin, papa, mama bahkan adiknya saling berpendapat. Alvin selalu sibuk memperlihatkan apa yang ada dalam laptopnya, suaranya parau, terlihat memaksakan diri namun tetap focus. Bahkan kedua orang tua Alvin binggung harus berkata apa setiap Alvin bicara.
Jum’at, 15.00
Rendi POV
“suster, benarkah ada pendonor yang cocok untukku” Tanya Rendi was-was. “Rendi ya? Sudah ada pendonor minta besok segera oprasi, tapi harus ada keluarga, pendamping juga boleh untuk mengisi formulir ini” jawabnya ramah. “siapa sus yang sebaik itu mau menolongku” tanyaku. “dia minta namanya dirahasiakan, dia juga tak mau wajahnya dilihat siapapun. “jadi dia masih hidup? Apa dia tak meminta imbalan? Atau apakah dia menggenalku” tanyaku lagi. “dia akan jelaskan semuanya setelah kau sadar usai oprasi dengan surat. Dia sedang kritis sekarang. Dan dia iklas tanpa dibayar”. Aku hanya diam, dalam hatiku senang namun binggung. Terkadang seperti kulihat sepasang mata mengawasiku. Segeralah aku pulang.
Sore ini jam 7 malam aku telah menceritakan semuanya pada Luna, perasaannya begitu campur aduk, namun akhirnya dia memaafkanku setelah 4 jam. Kini aku sedang bertelepon dengannya, sedangkan kakakku pergi untuk administrasi dll. Meskipun begitu aku masih bertanya-tanya “siapa orang sebaik itu” yang rela berkorban demi aku. Namun hingga kini aku mencoba memikirkan semua hal yang membahagiakan, kata orang itu membantu oprasi. Surat-surat perpisahan yang pernah kusiapkan kini telah tersimpan rapih dalam almari bukuku. Semoga memang benar aku tak perlu menggunakan surat itu.
jam 14.00
Saat ini aku sudah di rumah sakit bersama Luna kak Imel & kak Kiki, saat ini kak Imel & kak Kiki sedang mengurus surat oprasi sedangkan Luna membantuku bersiap-siap. “Ara aku benar-benar gerogi ni” kataku pada Luna. “tenang Atha, I will always beside you” kata Luna menenangkan. “tidak boleh! Kau harus sekolah dan harus konsentrasi pada banyak hal lainnya” kataku agak geram. “ya akan ku lakukan, otak, raga, dan jiwaku akan jauh darimu & akan sekolah dengan serius. Tapi hatiku kan selalu bersamamu” jawab Luna tersenyum. “tapi di hari Minggu ini biarkan aku seharian denganmu” lanjutnya. “baiklah Ara” kataku
Normal POV
“Luna keluarlah oprasinya akan dimulai” kata kak Kiki. Lalu kak Imel memeluk Rendi sambil berbisik, sedangkan kak Kiki hanya berbisik dan menjabat tangan Rendi. “baiklah kalau begitu oprasi ini akan segera kami mulai, kami mengharap do`a dari kalian semua” kata dokter sambil menutup pintu kamar. Luna begitu senang akan oprasi Rendi. Luna berdo`a sampai lampu menunjukkan oprasi dimulai, lalu ia berkata “kak Imel apakah kakak juga tak di beri tahu siapa pendoornya atau dimana dia?” tanyanya pada kak Imel. “Sayangnya tidak Lun” jawabnya. “kak aku pamit, mau cari minum” kata Luna kemudian. Kak Imel hanya mengangguk.
Di kantin RS. Banyak juga suster yang sedang istirahat, saat ia membeli minuman ia mendengar “baik sekali ya anak itu, meskipun ia juga berusaha tetap bertahan hidup. Tak disangka ia justru menjadi pendonor” kata seorang suster. “tapi memang kemungkinan hidupnya sangat rendah, mungkin ia takkan bisa bertahan setelah oprasi selesai” kata seorang lainnya. “maaf apa suster sedang membicarakan pendonor Rendi?” Tanya Luna. “meskipun benar tapi kamu tak boleh bilang” jawabnya. Lunapun berlalu.
Di Depan Kamar Rendi
“Luna mengapa mukamu muram?” Tanya kak Kiki. “tadi di kantin ada yang membicarakan pendonor Rendi, tapi mereka tak mau bicara” adunya. “ya sudahlah, apa nanti malam kau pulang tidak?” katanya. “kurasa tidak, aku ingin menemani kak Imel” jawab Luna. “eh Luna sudah kembali” ucap kak Imel. “iya kak, kakak dari kamar mandi ya” kata Luna. “iya, Luna kamu bisa cari tahu pasien kamar ini. Ku dengar ini pendonor Rendi. Tapi besok pagi saja” kata kak Imel. Luna pun menggangguk sambil menerima kertas kecil bertuliskan “ruang VIP no. 03”.
“Luna, Imel, sorry ada jadwal kuliah, besok gue balik pagi - pagi. Ok?” ucap kak Kiki. “yaudah Ki makasih” jawab kak Imel. Luna hanya mengangguk. “kak, apa kakak tak pernah takut akan hidup sendirian dulu?” Tanya Luna pada kak Imel. “pertama kali kakak tahu penyakit Rendi, Rendi sudah berkata akan berusaha. Sebenarnya ia sangat takut mati, sangat takut meninggalkanku. Tapi tekatnya membuatku malu memikirkan hidupku kelak”jawab kak Imel. “kak Imel aku lebih dari mencintainya, aku mengaguminya” kata Luna. “aku juga” tambah kak Imel.
Setelah 8 jam oprasi selesai, namun Rendi butuh serangkaian perawatan. Apalagi dokter berkata mungkin 24 jam lagi ia baru sadar. Namun satu hal yang sangat mengembirakan bahwa oprasi berhasil dengan baik. Tentang sang pendonorpun masih misteri, dokter enggan bicara, namun dokter berkata sang pendonor kini dalam masa kritis, bahkan entah dapat bertahan atau tidak.
Minggu jam 06.00. Luna POV
Seusai kak Kiki datang, aku menjalankan tugas dari kak Imel ruang VIP no. 03 tujuanku. Kak Imel kawatir bahwa si pendonor adalah temanku, ia menyuruhku menyamar dengan jaket tebal, topi dan kaca mata. Satu persatu kamar VIP kutelusuri, no 03 terlihat paling sepi. Aku mengendap – endap masuk dan melihat gadis kecil membawa boneka beruang. Aku bukannya tak kenal gadis itu. “Fayrica” gumamku pelan ingin memastikan. “oh kak Luna, itu kakak. Kakak terlihat aneh dengan dandanan itu. Hihi” ucapnya lugu. “jangan difikirkan, Fay apa ini kamar kakakmu?” tanyaku. “iya dulu, tapi sekarang tidak. Kakak sudah tidak disini. Kami sekeluarga akan pindah ke Amerika. Sangat mendadak karena bisnis papa” jawabnya. “benarkah, aku sedang sibuk. Titip salam saja untuk Alvin” kataku.
“kak, bagaimana kak Alvin menurut kakak?” tanyanya. “Alvin? Dia itu sangat baik, dia ramah, ceria, bertanggung jawab. Dia sangat menyayangiku, dia juga selalu menjagaku. Tapi aku hanya bisa menganggap ia kakak, tak lebih” kataku. “kak aku harus segera pergi, ini alamat kami di Amerika. Mungkin kakak bisa berkunjung. Selamat tinggal” ucap Fayrica seraya berlari. Akupun kembali ke tempat Rendi.
“kak Imel, aku rasa kakak salah info. Kamar 03 itu kamar temanku yang baru keluar hari ini” kataku pada kak Imel. “benarkah..? yasudahlah pasti kita akan tahu suatu hari nanti”ujar kak Imel. “kak Kiki, apa ibu tidak datang?” tanyaku. “tidak Lun, mereka akan datang nanti sore” jawab kak Kiki sambil memainkan ponselnya. “sudah agak siang begini apa Rendi belum datang?” tanyaku. “belum Lun, dokter saja masih berjaga di dalam” jawab kak Imel.
Clakk.. (pintu dibuka)
“dokter bagaimana?” Tanya kak Imel. “sekarang Rendi sudah sadar, kondisinya masih beum pulih benar. Tapi ia makin membaik. Kalau ingin menjenguk juga sekarang bisa” terang dokter sambil tersenyum gembira. Aku, Kak Imel dan kak Kiki segera masuk. “kakak, Luna, kak Kiki.. apa yang terjasi kak?” Tanya Rendi dengan wajah yang masih pucat. “Rendi, oprasimu berhasil… kamu akan sembuh total!” kata kak Imel sambil menitihkan air mata. “Ren, kamu membaik dengan cepat, tak lama lagi kamu boleh pulang. Kamu hebat, sangat hebat” kata kak Kiki. Aku tak mampu berkata apa-apa aku terus menggengam tangan dinginnya. “kakak, siapa pendonorku?” Tanya Rendi tiba-tiba. “biar aku tanyakan ke dokter dengan kakakmu” kata kak Kiki.
“Luna, sebelum aku siuman aku bertemu seseorang, dia memberiku sebuah kertas putih pucat bertulis “terima kasih” lalu berlari dan menghiang. Ditempat dia menghilang aku melihatmu datang diantar seorang perempuan berambut coklat. Kau berlari ke arahku dan aku terbangun. Saat sadar aku seperti mengenalnya meski melihatnya hanya dari belakang. Tapi aku lupa.” Jelasnya padaku. “mungkin dia orang yang berhutang budi padamu, atau kau telah membuatnya sangat bahagia. Tapi mungkin juga itu mimpi biasa” kataku. “tapi aku bersyukur melihatmu nyata. Bukan ilusi. Aku ingin waktu berhenti saat ini” katanya. Dan aku hanya tertawa mengejek tingkahnya.
“Ren, aku rasa kau benar, Alvin memang sakit, kemarin dia dirawat di RS ini juga” kataku mulai bicara. Kulihat raut muka Rendi agak kaget tapi kemudian ia berkata “benarkah, apa kau sudah mengunjunginya?”. Aku menggelengkan kepala dan berkata “hari ini ia sudah berangkat ke AS bersama seluruh keluarganya”. “benarkah mendadak sekali. Luna besok hari Senin kan, kau harus istirahat dan belajar” katanya. “saat ibu menjenguk nanti, beliau akan membawa perlengkapan sekolahku besok, dan kakak yang akan mengantarku ke sekolah” jawabku. “Luna bawa aku ke ruang dokter Davit dengan kursi roda itu, tapi pamitlah pada kakak kalau kita mencari udara segar ya, kau mau kan?” pintanya. “baiklah, baiklah aku akan menelpon kak Imel” ucapku.
Normal POV
“Rendi, apa yang akan kau lakukan?” Tanya Luna. “Dokter Davit adalah dokter si pendonor misterius, kalau bertanya pada Dokter Iksan aku yakin ia akan diam saja. Dokter Davit pernah bilang kalau ia akan memberiku surat dari pendonor misterius” jelas Rendi. “ternyata begitu, aku jadi semakin penasaran” kata Luna.
“dokter Davit, boleh aku masuk, aku Rendi” ucap rendi di depan pintu. “silahkan Ren” jawabnya. “dokter, aku ingin menagih janji, dokter bilang ada surat dari pendonor itu untukku” kata Rendi to the point. “ternyata kau masih ingat, aku berharap kau lupa dan terus berdo`a untuk pendonormu. Huft… baru beberapa hari saja dia berubah, anak itu membuka matanya dan sangat takjup dengan apa yang bisa dilihatnya. Dia pasti sangat senang melihatmu sumbuh” katanya denggan nada pasrah. “dokter aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan” kata Rendi geram. “Ren, tenanglah” ucap Luna.”maaf bicaraku berbelit-belit ya..? maafkan aku. Ini suratnya, setelah ini jangan pernah cari aku untuk menanyakannya”ucap dokter Davit. Usai mengambil surat itu Rendi keluar dengan raut muka masam, Rendi mengajak Luna ke taman belakang rumah sakit.
“Rendi, tersenyumlah. Liat mukamu seperti kakek umur 70an.. haha! Biar kubacakan surat itu” bujuk Luna. Rendi pun menyerahkan surat itu.
Jum`at 12 Oktober 2005,
pukul 08.00, RS Berlian
        ini pertama kalinya aku merasa sangat berguna untuk orang lain, sebelumnya tak pernah ku berikan sesuatu yang berharga untuk orang lain. Bahkan juga aku tak sempat member apapun pada orang yang kucintai. Sebenanya aku tak pernah meminta terima kasih darimu, karena justru akulah yang ingin berterima kasih. Kalau kau ingin tahu siapa aku, kurasa tak perlu. Tapi aku ingin kau tahu satu nama “Natasya Ella Pertiwi” atau Ella. Dialah orang yang telah merubah hidupku dengan cara yang sangat singkat, tapi juga sangat berhasil. Bila ingin berterima kasih, bila ingin berdo`a untuk apa yang telah kuberikan padamu. Gantilah namaku yang tak kau ketahui dengan namanya, nama Tasya.
Seorang anak yang telah
Menemukan arti hidupnya
NVA <3 PEN
“luar biasa misterius, huft... ini akan jadi sulit untuk diteruskan. Tapi bukan berarti aku tak mau menyelidiki ini Ren” kata Luna. “iya aku tahu, kita akan teruskan ini. Tapi tidak sekarang 1 bulan lagi, setelah aku sembuh dan setelah ujian. Ayo kita cari diam-diam” kata Rendi. “apakah kau telah puas dengan surat ini? Atau jangan-jangan kau kenal Ella?!” Tanya Luna. “puas? Tidak, tapi aku senang dengan sifat orang ini. Dan tentang Tasya aku juga tidak mengenalnya. Kau jangan jealous begitu, liat mukamu lucu” goda Rendi. “ah.. sudahlah aku tidak peduli, ayo kita kembali” ucap Luna ketus sambil mendorong kursi roda Rendi. Sedangkan Rendi terus menahan tawa.
Di lorong mereka bertemu orang tua Luna dan beberapa teman yang menjenguk. Merekapun kembali bersama-sama. “astaga, kenapa baru tadi pagi ada yang memberitahuku ya..?” omel Farel. “iya, siapa yang bertanggung jawab?” tambah Sandra. “udahlah guys, kami bawa oleh-oleh” kata Lia bergantian dengan Citra. “makasih kalian semua, om sama tante juga makasih udah dateng” kata Rendi. “sama-sama Ren, kami memang pengen dateng kok” jawab Ibu Luna. “oh ya, uda pada tahu belom, Alvin pindah ke AS?” Tanya Rakka. “udah kok, kami udah tahu” jawab Luna.
“kapan kiranya kamu bisa pulang?” Tanya ayah Luna. “menurut perkiraan dokter minimal 1 minggu lagi, dan syukurlah itu berarti aku bisa ikut ujian” jawab Rendi. “wah.. Ren kalau begitu gimana kalau tiap hari kita mampir buat belajar bareng di sini!” usul Rakka. “boleh juga tuch, kita sepatu!” kata Farel. “hah..?? sepatu..?? maksudnya?” Tanya Lia. “iya sepatu, sepakat setuju” jawab Farel. “ada-ada aja lu Rel” kata Rendi. “ohh.. yaiyalah Farel, tak ada duanya ni” katanya sambil menunjuk diri sendiri.
Skip time
Kegembiraan diantara mereka semakin indah tiap harinya, dan kepergian Alvin jadi tak terasa. Sebaliknya justru mereka tak menyadari kemisteriusan dan mendadaknya kepergian Alvin, padahal sampai detik ini pun tak ada kabar sama sekali darinya. Hanya terkadang Rendi ingat terakhir kali ia bertemu Alvin. Bahkan kini setelah ujian selesai yang teringat oleh Luna hanya si pendonor misterius.
Hari ini tepat 1 bulan, kini Rendi dan Luna sedang ada di RS berlian untuk mencari Tasya. “Permisi sus, kami ingin tahu apakah ada pasien bernama Natasya Ella Pertiwi, kami hendak menjenguknya” Tanya Rendi. “tunggu sebentar akan kami periksa” jawabnya. “kapan kalian mendengarnya sakit, ia meninggal di RS ini sekitar 1 bulanan lalu. Tapi yang ku dengar ia disemayamkan di TPU Sekar Putih” kata suster tersebut. “terima kasih, kami akan pergi kesana” jawab Luna. “ini semakin membingungkan” kata Luna seraya keluar dari RS. “menurutku kita harus mencari alamat keluarga Ella, si pendonor pastilah teman baik Ella” ujar Rendi. “Tanya saja pada suster tadi” kata Luna. “apa kau lupa, kita tadi mengaku sebagai teman Tasya, logikanya mana mungkin kita tak tahu rumahnya” jelas Rendi. “oh astaga aku lupa” jawab Luna sambil menepuk dahinya.
TPU Sekar Putih
“apa kita akan menggelilingi TPU ini” Tanya Luna. “tentu tidak, itu kan makamnya” kata Rendi. Setelah sampai mereka berdo`a di sana. Ternyata orang tua Ella, dan mereka mengizinkan Luna dan Rendi berkunjung ke rumah Ella.
apa yang akan terjadi di rumah Ella, dan siapa si pendonor misterius, nantikan With You Always 5
bakal Lanjooot